Follow Me

Instagram

METODOLOGI DAN PELAKSANAAN DARI PERENCANAAN TEKNIS JEMBATAN

Lama rasanya baru saya menulis lagi, lantaran kesibukan Desember yang sangat padat. Oke, pembaca setia Blog ini hari ini saya akan menulis mengenai Metodologi dan Pelaksanaan Perencanaan teknis Jembatan. Selamat membaca:

1. METODOLOGI

Untuk mencapai tujuan proyek dan lingkup jasa konsultansi yang diminta pada pekerjaan ini sebagaimana pendekatan teknis diatas, konsultan dalam melakukan pekerjaan akan berpedoman kepada NSPM (Norma Standar Pedoman dan Manual) serta didalam diskusi dan pembahasan hasil perencanaan akan melibatkan instansi dan pejabat terkait yang berkompetensi didalam bidang pekerjaan jalan/jembatan. 
Tahapan kegiatan disusun untuk menjabarkan lingkup jasa konsultansi seperti yang diminta di dalam KAK dan diuraikan didalam metodologi kerja sebagaimana ditunjukkan pada laporan pendahuluan sebelumnya.


2. SURVEY TOPOGRAFI



  • Prosedur


A. Surat Ijin Survey

1. Pengajuan lokasi, jenis survey, jumlah dan waktu pelaksanaan survey oleh engineer kepada Team Leader untuk mendapatkan masukan dan persetujuan
2. Hasil persetujuan dari Team Leader, selanjutnya mengajukan ijin survey ke pemberi tugas berikut tanggal, jenis, jumlah dan lokasi pelaksanaan survey
3. Setelah persetujuan survey oleh pemberi tugas, selanjutnya pemberi tugas membuat surat pemberitahuan kepada instansi yang terkait dengan pelaksanaan survey yang akan dibawa oleh pelaksana survey


B. Pelaksanaan Survey


1. Pekerjaan Perintisan :

a. Pekerjaan perintisan berupa merintis atau membuka sebagian daerah yang akan diukur sehingga pengukuran dapat berjalan lancar.
b. Peralatan yang dipakai untuk perintisan adalah parang, kampak dan sebagainya.
c. Perintisan diusahakan mengikuti koridor yang telah diplot di atas peta topografi atau atas petunjuk Kepala Satuan Kerja / Project officer.

2. Pekerjaan pengukuran :

a. Sebelum melakukan pengukuran harus diadakan pemeriksaan alat yang baik yang sesuai dengan ketelitian alat dan dibuatkan daftar hasil pemeriksaan alat tersebut.
b. Awal pengukuran dilakukan pada tempat yang mudah dikenal dan aman, dibuat titik tetap (BM) yang diambil dari titik triangulasi atau lokal.
c. Awal dan akhir proyek hendaknya diikatkan pada titik- titik tetap (BM).
d. Pekerjaan pengukuran topografi sedapat mungkin dilakukan sepanjang rencana as jalan (mengikuti koridor rintisan) dengan mengadakan pengukuran- pengukuran tambahan pada daerah persilangan dengan sungai dan jalan lain sehingga memungkinkan diperoleh as jalan sesuai dengan standar yang ditentukan.

  • Pengukuran Titik Kontrol Horizontal

a). Pengukuran titik kontrol dilakukan dalam bentuk polygon tertutup.
b). Sisi polygon atau jarak antara titik polygon maksimal 100 meter diukur dengan peges ukur (meteran)
c). Patok-patok untuk titik-titik polygon adalah patok kayu, sedang patok- patok untuk titik ikat adalah dari beton.
d). Sudut-sudut polygon diukur dengan alatukur Theodolit jenis Wild-T2.
e). Titik-titik ikat (BM) harus diukur sudutnya dengan alat yang sama dengan alat pengukuran polygon, jaraknya diukur dengan pegas (meteran) / jarak langsung, Ketelitian polygon adalah sebagai berikut:
Kesalahan sudut yang diperbolehkan adalah 10” kali akar jumlah titik poligon.
Kesalahan azimuth pengontrol tidak lebih dari 5”
Pengamatan matahari dilakukan pada titik awal proyek, dan pada setiap jarak 5 km (kurang lebih 60 titik polygon) pada titik akhir pengukuran.
Pengamatan matahari pada tiap titik dilakukan dalam 4 seri (4 biasa dan 4 luar biasa).


  • Pengukuran Titik Vertikal

a). Jenis alat yang digunakan untuk pengukuran ketinggian adalah cukup dengan alat waterpass jenis NAK-2 atau yang setingkat.
b). Untuk pengukuran ketinggian dilakukan dengan double stand dilakukan 2 (dua) berdiri alat, dengan perbedaan pembacaan maksimum 2 mm.
c). Rambu ukur yang dipakai harus dalam keadaan baik dalam arti pembagian skala jelas dan sama.
d). Setiap kali pengukuran dilakukan 3 (tiga) pembacaan benang atas, tengah dan bawah.
e). Benang Atas (BA), Benang Tengah (BT) dan Benang Bawah (BB), mempunyai kontrol pembacaan : 2BT = BA + BB
f). Ketelitian pengukuran tidak boleh melampaui 10 kali akar D.
g). Referensi leveling menggunakan referensi koordinat geografis.

  • Pengukuran Situasi

a). Pengukuran situasi dilakukan dengan alat Tachimetri (To).
b). Ketelitian alat yang dipakai adalah 10 “
c). Pengukuran situasi daerah sepanjang rencana jalan harus mencakup semua keterangan yang ada di daerah tersebut.
d). Untuk tempat – tempat jembatn atau perpotongan dengan jalan lain pengukuran harus diperluas (lihat pengukuran khusus).
e). Tempat-tempat sumber material jalan yang terdapat di sekitar jalur jalan perlu diberi tanda di atas peta dan dan di photo (jenis dan lokasi material).


  • Pengukuran Penampang Memanjang

a). Pengukuran Penampang memanjang dilakukan sepanjang sumbu rencana jalan.
b). Alat yang digunakan adalah jenis Theodolit atau alat ukur lain yang mempunyai ketelitian yang sama.


  • Pengukuran Penampang Melintang

a). Pengukuran penampang melintang pada daerah yang datar dan landai di buat setiap 50 m dan pada daerah-daerah tikungan / pegunungan setiap 25 m.
b). Pada daerah yang menikung, dari as jalan ke arah luar 25 m dan kearah dalam 75 m.
c). Lebar pengukuran penampang melintang 50 m ke kiri dan ke kanan as jalan.
d). Khusus untuk perpotongan dengan sungai / jalan dilakukan dengan ketentuan khusus (lihat pengukuran khusus).
e). Alat yang digunakan adalah sejenis Wild – To.


  • Pengukuran  Khusus Jembatan

a). Pengukuran situasi daerah sepanjang jembatan harus mencakup semua keterangan yang ada di daerah sepanjang jalan dan jembatan misalnya: ruamah, pohon, pohon pelindung jalan, pinggir jalan pinggir selokan, letak gorong-gorong serta dimensinya, tiang listrik, tiang telepon, batas-batas bangunan jembatan, batas sawah, batas kebun, arah aliran air dan lain sebagainya.
b). Patok Km dan Hm yang ada  pada tepi jalan harus diambil dan dihitung koordinatnya. Ini maksudnya untuk memperbanyak titik referensi pada penemuan kembali sumbu jalan yang direncanakan.
c). Daerah yang diukur 200 meter panjang masing- masing oprit jembatan, 100 meter pada kiri dan kanan as jalan pada daerah sungai, 50 meter kiri dan kanan as jalan yang mencakup patok DMJ.
d). Alat yang digunakan adalah sejenis Wild-To.


  • Pemasangan Patok – Patok

a). Patok beton dibuat dengan ukuran 15x15x60 cm dan harus dipasang pada awal / akhir 2 (dua) buah dan pada patok antara dipasang dengan interval 1 km dan berpotongan rencana jalan dengan sungai 2 buah seberang – meneberang.
b). Patok beton tersebut harus ditanam kedalam tanah sepanjang kurang lebih 45 cm (yang kelihatan di atas tanah kurang lebih 15 cm).
c). Patok-patok (BM) diberi tanda BM dan Nomor Urut.
d). Untuk memudahkan pencarian patok kembali, sebaiknya pada pohon-pohon di sekitar patok diberi cat atau pita atau tanda-tanda tertentu misalnya  …. (nomor urut / 2014).
e). Patok polygon maupun patok stasion diberi tanda cat kuning dengan tulisn hitam yang diletakan di sebelah kiri  ke arah jalannya pengukuran.
f). Khusus untuk profil memanjang titik-titiknya yang terletak di sumbu jalan diberi paku yang dilingkari cat kuning sebagai tanda.
g). Pembuatan  tulangan  dan cetakan BM dilakukan di Base Camp. Dan pengecoran BM dilakukan dilokasi pemasangan
h). BM dipasang pada lokasi yang aman, tidak terganggu saat pelaksanaan kegiatan konstruksi dan mudah dicari .jarak  50 m dari rencana bangunan. Patok ditanam ke dalam tanah sepanjang kurang lebih 50 cm (yang kelihatan di atas tanah kurang lebih 20 cm). 
i). Baik patok beton maupun patok-patok polygon diberi tanda benchmark (BM) dan nomor urut, ditempatkan pada daerah yang lebih aman dan mudah pencariannya.
j). Untuk memudahkan pencarian patok sebaiknya pada pohon-pohon disekitar patok diberi cat atau pita atau tanda-tanda tertentu.
k). Untuk patok kayu harus dibuat dari bahan yang kuat dengan ukuran (3x5x50) cm3 ditanam sedalam 30 cm, dicat merah dan dipasang paku di atasnya serta diberi kode dan nomor yang teratur.
l). Pendokuentasian, meliputi pembuatan skets lokasi BM untuk deskripsi dan pemotretan BM dalam posisi "Close Up", untuk lembar deskripsi BM.




  • Perhitungan dan Pengambaran Peta

a). Perhitungan koordinat polygon utama didasarkan pada titik – titik ikat yang dipergunakan.
b). Penggambaran titik – titik polygon harus didasarkan pada hasil perhitungan koordinat, tidak boleh secara grafis.
c). Gambar ukur yang berupa gambar situasi dalam kertas millimeter dengan skala 1:1000 untuk situasi jalan, skala 1:500 untuk situasi jembatan.
d). Ketinggian titik detail harus tercantum dalam gambar ukur begitu pula semua keterangan – keterangan yang penting. Ketinggian titik tersebut perlu dicatumkan.





C. Pelaporan 


Laporan Akhir Survey Tofografi harus mencakup sekurang-kurangnya pembahasan mengenai hal-hal berikut: 
1. Data proyek.
2. Peta situasi proyek yang menunjukkan secara jelas lokasi proyek terhadap kota besar terdekat.
3. Kondisi morfologi sepanjang lokasi
4. Kondisi badan jalan yang ada sepanjang trase jalan
5. Batuan penyusun (stratigrafi) sepanjang trase jalan. Untuk peta penyebaran batuan disiapkan dalam kertas HVS ukuran A3 dan diwarnai sesuai dengan standar pewarnaan geologi dan diberi notasi 
6. Hasil akhir pemeriksaan laboratorium dijadikan acuan untuk perbaikan hasil diskripsi secara visual.
7. Penyebaran jenis tanah sepanjang trase jalan. Untuk peta penyebaran tanah disiapkan dalam kertas kalkir ukuran A3 dan diwarnai sesuai dengan standar pewarnaan geologi dan diberi notasi.
8. Analisis perhitungan konstruksi timbunan dan stabilitas lereng. 
9. Analisis longsoran sepanjang trase jalan
10. Sumber bahan konstruksi jalan (jenisnya dan perkiraan volume cadangan).
11. Gejala struktur geologi yang ada (kekar, sesar/patahan dsb.) beserta lokasinya.
12. Rekomendasi.
Check List Kegiatan Pengesahan Pihak  yag terlibat
a B c d e

a. Penetapan lokasi dan jenis survey pada peta

b. Persetujuan ijin, lokasi dan tanggal pelaksanaan survey

c. Pembuatan surat ijin survey ke instansi terkait

d. Persiapan kebutuhan peralatan, formulir dan personil

e. Pelaksanaan survey sesuai lokasi yang ditentukan
Pengisian data ke formulir yang sesuai
Pengambilan sample
Pengambilan foto survey

f. Pengujian Laboratorium sampel tanah

g. Pembuatan laporan pelaksanaan survey


1.         Rekomendasi.
Check List Kegiatan
Pengesahan
Pihak  yag terlibat
a
B
c
d
e

a.    Penetapan lokasi dan jenis survey pada peta

b.    Persetujuan ijin, lokasi dan tanggal pelaksanaan survey

c.    Pembuatan surat ijin survey ke instansi terkait

d.    Persiapan kebutuhan peralatan, formulir dan personil

e.    Pelaksanaan survey sesuai lokasi yang ditentukan
·   Pengisian data ke formulir yang sesuai
·   Pengambilan sample
·   Pengambilan foto survey

f.     Pengujian Laboratorium sampel tanah

g.    Pembuatan laporan pelaksanaan survey

Catatan:
Pihak yang terkait adalah:
a.    Koordinator Survey Lapangan
b.    Engineer
c.    Team Leader
d.    Pemberi tugas

didiskusikan
disetujui

disetujui


disetujui


dilakukan



dilakukan

dilakukan

dilakukan
dilakukan

dilakukan


dilakukan











x



x

x

x
x

x
x







x









x
x

x


x

x














x


x











Gambar 2. 1 Bagan Alir (Flowchart) survey topografi
Demikian sedikitnya penjelasan dari saya mengenai
metodologi dan Pelaksanaan Perencanaan teknis jembatan. Terima Kasih. GBU.

KETERKAITAN ANTARA MATA PENCARIAN HIDUP, TEKNOLOGI DAN KEPERCAYAAN ETNIS PAPUA

UNIVERSITAS CENDERAWASIH
FAKULTAS TEKNIK
PROG. STUDI                      : TEKNIK SIPIL D 3
UJIAN UTAMA/ULANGAN SEMESTER GASAL/GENAP
TAHUN AKADEMIK         : 2013
MATA KULIAH                   : ETNOGRAFI PAPUA
TANGGAL                             : 09 Desember 2013
NAMA MHS/NIM               : Pengki Pasassa
NO DPNA                             : 027
TANDA TANGAN               :



Ø  SOAL
Jelaskan pemahaman saudara mengapa, aspek mata pencarian, teknologi dan kepercayaan etnis Papua saling tarkait satu sama lain!
Jawaban
Seperti kita ketahui bahwa mata pencarian hidup sebagian besar masayarakat etnik Papua berhubungan langsung dengan alam sekitar kita. Setiap kebutuhan yang mereka perlukan diambil langsung dari alam tanpa merusak alam sekitar mereka. Mereka melakukannya dengan sangat alami dan memperhatikan kebaikan alam itu juga. Dalam mencukupi kebutuhan mereka, berbagai kegiatan atau pekerjaan mereka lakukan. Tergantung letak dan keadaan alam daerah di mana mereka tempati. Ada yang menjadi pemburu, bercocok tanam, nelayan ada juga yang hanya mengambil tanpa mengusahakannya sedikitpun. Bagi mereka yang tinggal di sekitar pesisir pantai, tentunya mereka lebih cenderung menjadi nelayan dan sebagannyabercocok tanam dan berburu, sedangkan yang tinggal di daerah pegunungan kebanyakan bercocok tanam dan berburu serta adapula yang hanya mengambil dari alam saja. Jika dilihat dari mata pencarian hidup etnis di Papua, cara mereka ini terbilang cara yang masih klasik atau masih seperti pada masa perkembangan zaman dulu. Tapi apapun cara mereka, justru itulah cara yang tidak membuat kerusakan alam.
 Di lihat dari sisi kepercayaan lokal etnis Papua, hubungannya dengan mata pencarian mereka sangat erat kaitanya karena dalam melakukan pekerjaan atau memenuhi kebutuhan mereka, tidak lupa juga mereka mengutamakan dewa yang mereka percaya. Akan apa yang harus mereka lakukan sehingga tidak mengganggu dewa mereka. Mereka juga tahu akan apa yang tidak boleh dilakukan atau menjadi pantangan dari kepercayaan sehingga dapat dihindari dalam melakukan pekerjaan mereka dan mereka tidak mendapat musibah atau kutukan. Mereka tahu waktu kapan, tempat yang mana,teknologi apa dan siapa yang tepat untuk melakukan kegiatan pencarian hidup sehinngga mereka mendapatkan hasil dan tidak mendapatkan musibah. Misalnya kegiatan di laut waktu kapan mereka bisa mendapatkan ikan yang banyak tentunya mereka hubungkan dengan kepercayaan dengan melakukan ritual tertentu.
Jika dilihat dari kepercayaan umum yang dimana berperan agama besar sekarang misalnya kristen dan islam. Tentunya yang memeluk salah satu dari agama tersebut, mengolah atau menggunakan teknologi dalam memenuhi kebutuhan mereka sesuai dengan norma agama tersebut. Yang juga memperhatikan kesehimbangan alam di dalam mereka mengambil hasil dari alam, misalnya tidak tamak dalam mengambil hasil alam sehingga tidak tejadi kerusakan alam serta mencukupkan diri dari segala kebutuhan untuk tetap mendapatkan kelanjutan hidup kegenerasi beikutnya. Serta memperhatikan teknik-teknik yang tidak bertentangan dengan ajaran agama dan kepercayaan.
Mata pencarian hidup etnis di Papua memang kelihatannya sangat sederhana, namun sesederhana apapun cara mereka tentunya cara itu menggunakan teknologi yang sangat tinggi. Mereka bisa melakukan pekerjaan mereka setiap hari dengan sangat baik dan mereka mengerjakanya terus menerus dengan teknik yang mereka ketahui. Teknologi dalam masyarakat etnis papua juga sangat membantu pekerjaan mereka dengan teknologi yang mereka ketehui setiap hal pekerjaan dalam mata pencarian mereka akan menjadi lebih mudah. Tapi bagaimanapun setiap yang mereka kerjakan pastilah mengunakan teknik yanng mereka temukan sendiri yang sesuai dengan kebudayaan mereka.
Di sisi lain, teknologi yang mereka gunakan tentunya sangat alami dan tidak menyebabkan kerusakan alam melainkan sehimbang dengan keadaan alam sekitar. Mereka juga mengetahui batasan dalam menggunakan teknologi sehingga tepat guna dan tidak membawa dampak yang membahayakan alam dan diri sendiri. Selain teknik seperti cara pengguna alat mereka juga mengetahui teknologi dan pengetahuan tentang waktu yang tepat dalam melakukan kegiatan pencarian kehidupan sehingga  mereka bisa mendapatkan hasil yang maksimal, tentunya ini mereka sesuaikan dengan kepercayaan yang mereka peluk. Kapan mereka akan melakukan pekerjaan tentunya di adakan ritual untuk mendapat petunjuk dari dewa mereka.

Jadi kesimpulan, mengapa mata pencarian hidup, teknologi dan kepercayaan etnis Papua saling terkait satu sama lain yaitu didalam mata pencarian hidup etnis Papua, mereka melakukan pekerjaan pencarian hidup dengan menggunakan teknologi yang cukup baik dan dengan menjaga kesehimbangan alam dan tidak mengganggu serta melanggar ajaran kepercayaan mereka sehingga terhindar dari murka Tuhan atau dewa yang mereka percaya dan mendapat berkat serta terhindar dari musibah yang tidak diinginkan. Selain itu dengan kepercayaan mereka juga dapat mengaplikasikan teknik yang tepat dan mata pencarian mereka pun terpenuhi dengan maksimal.

Demikianlah penjelasan dari saya mengenai Keterkaitan antara Aspek Mata Pencarian, Teknologi dan Kepercayaan Etnis Papua. Semoga bermanfaat. Syalom, Terimakasih.

PENDEKATAN TEKNIS DAN METODOLOGI KERJA PENELITIAN TANAH (MEKANIKA TANAH)

A. PEMERIKSAAN DYNAMIC CONE PENETROMETER ( DCP )
Untuk merencanakan jenis konstruksi dalam rangka peningkatan jalan, maka terlebih dahulu harus diketahui nilai CBR ( California Bearing Ratio ) dari tanah sub-grade. Data-data CBR di lapangan didapatkan dari pemeriksaan dengan menggunakan alat Dynamic Cone Penetrometer ( DCP ).

Maksud dari pemeriksaan ini adalah untuk menentukan CBR di suatu tempat pada kedalaman tertentu. Pemeriksaan DCP dilakukan untuk jalan yang belum beraspal, baik jalan tanah maupun jalan kerikil, pada panjang jalan efektif untuk peningkatan jalan.

Peralatan yang digunakan adalah:
Alat Dynamic Cone Penetrometer (DCP) 1 set,
Pahat,
Linggis,
Martil,
Sendok,
Meteran,
Formulir lapangan.

Adapun prosedur pemeriksaan adalah sebagai berikut:
Menentukan titik pengujian dengan interval 200 meter sepanjang ruas jalan yang ditetapkan,
Mencatat Stasion (Sta.),
Membuat lubang pada perkerasan yang ada hingga didapat lapisan tanah dasar,
Ukur ketebalan lapisan perkerasan yang ada dan catat pada formulir pengukuran,
Letakkan alat DCP pada lubang di atas lapisan tanah dasar,
Ukur ketinggian plat terhadap perkerasan,
Kunci posisi meteran dan jaga agar tidak berubah,
Melakukan tumbukan dengan mengangkat hammer/martil dan menjatuhkan secara bebas (tinggi jatuh bebas 50,8 m),
Pembacaan dilakukan setiap 5 (lima) tumbukan dan dicatat kedalaman penetrasi,
Prosedur dilanjutkan hingga pembacaan mencapai 85 s/d 90 cm kecuali bila dijumpai lapisan tanah yang sangat keras (lapis batuan),
Setelah selesai, pindahkan alat ke tempat berikutnya dan tutup lubang bekas pengujian.

Pemeriksaan DCP harus dilakukan sesuai dengan ketentuan-ketentuan sebagai berikut:
Alat DCP yang dipakai harus sesuai dengan ketentuan yang ada,
Pemeriksaan dilakukan pada sumbu jalan untuk permukaan jalan tanah/kerikil dan pada permukaan lapisan tanah dasar,
Harus dicatat ketebalan serta setiap jenis bahan perkerasan yang ada seperti lapisan sirtu, lapisan telford, lapisan pasir dan sebagainya,
Selama pemeriksaan harus dicatat keadaan-keadaan khusus yang perlu diperhatikan seperti timbunan, kondisi drainase, cuaca, waktu dan sebagainya,
Lokasi awal dan akhir dari pemeriksaan harus dicatat dengan jelas.

B. LUBANG PERCOBAAN ( TEST PIT )
Pekerjaan penyelidikan uji sumuran ( test pit ) ini berguna untuk mengetahui jenis ketebalan serta urutan-urutan lapisan tanah bawah permukaan dengan jelas, baik pada lokasi jalan yang akan direncanakan sehingga akan diketahui jenis penyebaran dan ketebalan tanahnya. Test pit dilakukan dengan interval pemeriksaan 500 meter sepanjang ruas jalan.

Dalam pelaksanaan tersebut dicatat tentang uraian jenis dan warna tanah, kedalaman dan elevasinya.
Pembuatan sumur uji ( Test Pit ) bisa dihentikan bilamana :
Telah dijumpai lapisan keras, baik pada lokasi maupun di daerah sekelilingnya
Bila dijumpai rembesan air tanah yang cukup besar sehingga sulit untuk diatasi
Bila dinding galian mudah runtuh, sehingga pembuatan galian mengalami kesulitan, meskipun sudah diatasi dengan memasang papan penahan.

C. PENGAMBILAN CONTOH TANAH
Pengambilan contoh tanah di lapangan perlu dilakukan untuk mengetahui sifat fisik dan parameter tanah. Selanjutnya dilakukan penelitian tanah di laboratorium.

D. FORMULA UJI LABORATORIUM
1) Klasifikasi Tanah

Maksud dari klasifikasi tanah secara umum adalah pengelompokan berbagai jenis tanah ke dalam kelompok yang sesuai dengan sifat teknik dan karakteristiknya.

Klasifikasi tanah dapat dilakukan dengan 2 (dua) cara, yaitu cara AASHTO dan cara USCS. Uji laboratorium yang dilakukan untuk mengetahui klasifikasi tanah pada pekerjaan ini adalah menggunakan klasifikasi USCS (Unified Soil Clssification System).

Menurut sistem USCS,  tanah dikelompokkan dalam tiga kelompok, yaitu :
Tanah berbutir kasar, yaitu tanah yang mempunyai persentase lolos ayakan No. 200  50 %,
Tanah berbutir halus, adalah tanah dengan persentase lolos ayakan No. 200  50 %, dan
Tanah Organis.

2) Kadar Air ( Water Content )

Pengujian ini bertujuan untuk menentukan kadar air dari contoh tanah. Yang dimaksud dengan kadar air tanah adalah perbandingan antara berat air yang terkandung dalam tanah (sampel) dengan berat butir tanah tersebut , yang dinyatakan dalam persen.
Kadar air dihitung dengan memakai rumus sebagi berikut :
       
W =  Ba    x 100%
         Bb
dimana :
W = kadar air,
Ba = berat air,
Bb = berat butir.

3) Berat Jenis ( Specific Grafity )

Tujuan dari uji ini adalah untuk menentukan berat jenis ( specific grafity ) dari contoh tanah yang diselidiki. Berat jenis ( specific grafity ) adalah perbandingan antara berat butir tanah dengan berat air pada volume yang sama. Dengan diketahuinya specific grafity (berat jenis) suatu tanah, maka parameter-parameter seperti ratio (e), n, d, dan S dapat diketahui.

Berat jenis dapat dihitung dengan rumus :
Berat Jenis =  Berat Tanah  
                               Isi Tanah

TIPE-TIPE BAHAN KIMIA TAMBAHAN UNTUK BETON

Klasifikasi dan persyaratan/spesifikasi bahan tambah

Bahan tambah dalam campuran beton segar diatur dalam ASTM C-494 (Standard Specification for Chemical Admixtures for Concrete) dan diklasifikasikan dalam kelompok fungsi sebagai berikut :
________________________________________
Bahan tambah yang digunakan harus memenuhi ketentuan spesifikasi untuk tiap tipe, yang diatur sebagai berikut :
klik untuk memperbesar tabel

________________________________________
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penggunaan bahan tambah :

cek apakah bahan tambah bereaksi negatif dengan material pembentuk beton normal yang dipakai atau tidak, misal apakah perlu menggunakan semen yang khusus atau tidak, dsb
dalam penggunaan lebih dari satu jenis bahan tambah, pastikan tidak terjadi reaksi merugikan, perhatikan spesifikasi teknis masing-masing material
persyaratan pencampuran, perhatikan petunjuk penggunaan material
temperatur atau suhu pengecoran, dipastikan sesuai dengan ketentuan material
perubahan waktu setting, dipastikan sebelum pemakaian bahan tambah diputuskan, supaya dapat diantisipasi alat kerja, tenaga kerja dan persiapan lokasi sebelum pengecoran
perawatan/curing, apakah memerlukan bahan atau perlakuan khusus, serta lama pelaksanaan curing yang disyaratkan
dsb
________________________________________

Sifat dan karakteristik tiap fungsi bahan tambah

  • Tipe A : Water reducing admixture


Water-reducing admixtures adalah kelompok produk yang ditambahkan ke beton untuk mencapai kinerja pengerjaan tertentu (kemerosotan) pada rendah w / c daripada beton kontrol (Rixom dan Mailvaganam 1986). Admixtures air mengurangi digunakan untuk meningkatkan kualitas beton dan memperoleh kekuatan tertentu di isi semen yang lebih rendah. Mereka juga meningkatkan sifat beton yang mengandung marjinal atau berkualitas rendah agregat dan membantu dalam menempatkan beton di bawah kondisi yang sulit (ACI Comm. 212 1963). Pengurang air telah digunakan terutama dalam deck jembatan, beton rendah kemerosotan overlay, dan patching beton.
Komposisi. Admixtures air mengurangi dapat dikategorikan sesuai dengan bahan aktif mereka. Ada hal-hal berikut:
1. garam dan modifikasi asam karboksilat hydroxylized (tipe HC);
2. garam dan modifikasi asam lignosulfonat (lignin); dan
3. bahan polimer (tipe PS).
Peran dasar reduksi air untuk deflocculate partikel semen diaglomerasikan bersama dan melepaskan air terikat dalam aglomerasi ini, memproduksi pasta lebih cair pada kadar air yang lebih rendah.
Pengaruh Campuran Beton di air mengurangi. Gunakan reducers air biasanya mengurangi kebutuhan air 7-10%. Sebuah dosis tinggi admixtures menyebabkan lebih pengurangan; Namun, kelebihan keterbelakangan mungkin ditemui (Campuran dan tanah terak 1990). Banyak pencampuran air mengurangi cenderung juga untuk menghambat waktu setting beton. Efek ini dikurangi di Tipe A dan Tipe E pencampuran kimia dengan menambahkan bahan kimia percepatan lain seperti kalsium klorida (Campuran dan tanah terak 1990) atau trietanolamin (TEA). HC admixtures cenderung meningkatkan perdarahan dan harus digunakan dengan hati-hati dalam beton tinggi kemerosotan. Lignosulfonat berbasis admixtures tampil lebih baik dalam hal ini karena mereka naik kereta api udara; dosis normal admixtures lignin dapat menambahkan 1-2% dari udara entrained ke beton. Semua beton air berkurang biasanya kehilangan merosot lebih cepat daripada beton yang setara tanpa admixtures. Namun, kerugian ini umumnya tidak menimbulkan masalah ketika pengecil konvensional air (HC, PC, dan lignin jenis) yang digunakan (Campuran dan tanah terak 1990; Previte 1977; Collepardi 1984).
Hal ini juga diketahui sekarang bahwa menggunakan pencampuran air mengurangi meningkatkan kekuatan beton. Peningkatan kuat tekan yang sebanyak 25% lebih besar daripada yang diantisipasi dari penurunan w / c (Mindess dan Young 1981). Untuk kekuatan lentur, meningkat dari 10% untuk beton pada 7 hari sampai 1 tahun telah dilaporkan untuk lignosulfonat dan hidroksikarboksilat admixtures (Collepardi 1984). Resistensi beku-mencair dan aspek ketahanan lain juga dapat ditingkatkan ketika pencampuran air mengurangi secara benar digunakan dalam beton.
Meski menggunakan admixtures beton meningkatkan sifat beton, menyalahgunakan apapun admixtures negatif akan mempengaruhi sifat tersebut. Oleh karena itu penting untuk mengikuti rekomendasi pabrikan setiap kali admixtures digunakan.
Bahan tambah dengan fungsi water reducing digunakan dengan tujuan utama sesuai kebutuhan, sebagai berikut :

mengurangi kadar air (fas) dengan tidak mengurangi semen dan slump
meningkatkan slump dengan tidak mengurangi semen dan kadar air (fas) yang digunakan
mengurangi semen yang digunakan dengan tidak mengurangi slump dan kadar air (fas) -- harus memperhatikan ketentuan pemakaian semen minimum sesuai peraturan
Bahan tambah ini pada umumnya mengurangi pemakaian air sebanyak 5% - 12% dari pemakaian pada desain mix beton normal.

Penggunaan bahan tambah ini harus memperhatikan pengaruhnya pada waktu ikat (setting) beton segar yang pada umumnya akan menjadi lebih cepat dari beton normal -- pelaksanaan finishing harus dipersiapkan dengan baik supaya tidak terlambat dimulai dan diselesaikan.
Rekomendasi
1. Uji verifikasi harus dilakukan pada admixtures cair untuk mengkonfirmasi bahwa materi adalah sama dengan yang telah disetujui. Tes mengidentifikasi termasuk klorida dan kandungan padatan, ph dan spektrometri inframerah.
2. Reducer dan retarder air dapat digunakan dalam beton dek jembatan untuk memperpanjang waktu set. Hal ini sangat penting ketika panjang penempatan dapat mengakibatkan retak lentur yang diciptakan oleh defleksi beban mati selama penempatan.
3. Peningkatan perhatian harus ditempatkan pada menyembuhkan dan perlindungan karena potensi retak susut dan pendarahan saat pengecil air yang digunakan.

  • Tipe B : Retarding admixture


Retarding admixtures (retarder) yang dikenal untuk menunda hidrasi semen tanpa mempengaruhi sifat mekanik jangka panjang. Mereka digunakan dalam beton untuk mengimbangi pengaruh suhu tinggi, yang mengurangi waktu pengaturan, atau untuk menghindari komplikasi ketika penundaan tidak dapat dihindari antara pencampuran dan menempatkan terjadi (Mindess dan Young 1981). Penggunaan retarder set beton konstruksi perkerasan 1) memungkinkan pengangkutan jauh, sehingga menghilangkan biaya relokasi pabrik pencampuran pusat; 2) memungkinkan lebih banyak waktu untuk texturing atau grooving plastik trotoar beton; 3) memungkinkan lebih banyak waktu untuk menyelesaikan tangan di sekitar header pada awal dan akhir hari produksi; dan 4) membantu menghilangkan sendi dingin di dua kursus paving dan dalam hal kerusakan peralatan (Amer. Beton Perkerasan Assoc. 1975). Retarder juga dapat digunakan untuk melawan retak karena membentuk defleksi yang dapat terjadi ketika lempeng horisontal ditempatkan di bagian (Mindess dan Young 1981). Karena keunggulan ini, set retarder dianggap admixtures yang paling umum digunakan kedua di industri jalan raya, terutama dalam pembangunan deck jembatan (US Dept Trans. 1990).
Komposisi dan Mekanisme Retardasi. Banyak pengecil air memiliki kecenderungan perlambatan. Oleh karena itu, beberapa bahan dalam reduksi air, seperti asam lignosulfate dan asam hidroksikarboksilat, juga merupakan dasar untuk set-perlambatan pencampuran. Bahan penting lainnya yang digunakan dalam memproduksi set retarder adalah gula dan turunannya.
Mekanisme set keterbelakangan dipelajari oleh banyak peneliti. Beberapa teori telah ditawarkan untuk menjelaskan mekanisme ini. Sebuah tinjauan teori-teori ini disajikan oleh Young (1972). Peran memperlambat pencampuran dapat dijelaskan dengan cara sederhana: admixtures membentuk film di seluruh senyawa semen (misalnya, dengan penyerapan), sehingga mencegah atau memperlambat reaksi dengan air. Ketebalan film ini akan menentukan berapa banyak tingkat hidrasi terhambat. Setelah beberapa saat, film ini rusak, dan hasil hidrasi normal (Fattohi 1958). Namun, dalam beberapa kasus ketika dosis pencampuran melebihi titik kritis tertentu, hidrasi senyawa semen akan pernah melanjutkan melampaui tahap tertentu, dan pasta semen akan pernah menginjakkan. Dengan demikian, penting untuk menghindari overdosis beton dengan campuran perlambatan.
Faktor-faktor lain yang mempengaruhi tingkat keterbelakangan termasuk w / c, kadar semen, C3A dan isi alkali dalam semen, jenis dan dosis campuran, dan tahap di mana retarder ditambahkan ke dalam campuran. Efektivitas retarder meningkat jika selain untuk beton segar tertunda selama beberapa menit.
Efek Properties Beton dan Aplikasi. Selain peran mereka dalam mengendalikan waktu pengaturan, retarder-seperti yang lain pencampuran-pengaruh sifat-sifat beton segar dan mengeras. Entrainment udara beton dipengaruhi dan agen udara-entraining sedikit perlu digunakan karena beberapa retarder naik kereta api udara (lihat pengecil air). Kerugian kemerosotan dapat meningkatkan bahkan ketika perilaku pengaturan normal tidak terjadi.
Karena perlambatan aksi, kekuatan 1 hari beton berkurang. Namun, kekuatan ultimate dilaporkan ditingkatkan dengan menggunakan set-mengendalikan pencampuran. Tarif pengeringan susut dan rangkak dapat meningkatkan dengan menggunakan retarder, tetapi nilai-nilai utama tidak bisa meningkat.
Salah satu aplikasi yang paling penting dari perlambatan pencampuran panas cuaca perkerasan, ketika penundaan antara pencampuran dan menempatkan operasi, dapat menyebabkan kaku awal (Fattuhi 1958). Aplikasi lain yang penting adalah dalam beton pratekan, di mana retarder mencegah beton yang bersentuhan dengan untai dari pengaturan sebelum operasi bergetar selesai. Retarder set juga memungkinkan penggunaan menyembuhkan suhu tinggi dalam produksi beton pratekan tanpa mempengaruhi kekuatan utama beton.
Rekomendasi
1. Uji verifikasi harus dilakukan pada admixtures cair untuk mengkonfirmasi bahwa materi adalah sama dengan yang telah disetujui. Tes mengidentifikasi termasuk klorida dan kandungan padatan, ph dan spektrometri inframerah.
2. Reducer dan retarder air dapat digunakan dalam beton dek jembatan untuk memperpanjang waktu set. Hal ini sangat penting ketika panjang penempatan dapat mengakibatkan retak lentur yang diciptakan oleh defleksi beban mati selama penempatan.
3. Peningkatan perhatian harus ditempatkan pada menyembuhkan dan perlindungan karena potensi retak susut dan pendarahan saat pengecil air yang digunakan.

Bahan tambah dengan fungsi retarding digunakan dengan tujuan utama menunda waktu initial dan final setting dari adukan beton segar, dan mempertahankan workability beton pada cuaca panas, pada umumnya digunakan jika :

pelaksanaan pengecoran mempunyai tingkat kesulitan cukup tinggi sehingga memerlukan waktu pelaksanaan yang lebih lama dari waktu setting beton normal
lokasi batching plant yang cukup jauh
kondisi lalu lintas yang dilalui oleh mobile mixer tidak lancar
pengecoran dengan kondisi cuaca panas yang berpotensi mengakibatkan kehilangan kelembaban lebih cepat
proses finishing yang memerlukan waktu yang lebih lama sehingga waktu setting beton yang lebih lama diperlukan

Penggunaan bahan tambah ini harus memperhatikan waktu penutupan permukaan beton (sealing dan troweling) tidak boleh terburu-buru karena proses initial setting dan bleeding yang lebih lambat dari beton normal, supaya memastikan proses bleeding sudah sepenuhnya selesai sebelum dilakukan penutupan permukaan beton (sealing dan trowelling).

Efek dari penggunaan retarding admixture yang perlu diwaspadai, antara lain :

beberapa retarder mempunyai sifat menimbulkan gelembung udara dalam beton
beberapa retarder menyebabkan kehilangan slump yang lebih cepat walaupun menyebabkan waktu setting yang lebih lambat
memperbesar resiko susut pengeringan dan rangkak yang lebih tinggi

  • Tipe C : Accelerating admixture


Accelerating admixtures ditambahkan ke beton baik untuk meningkatkan tingkat perkembangan kekuatan awal atau untuk mempersingkat waktu pengaturan, atau keduanya. Komposisi kimia akselerator mencakup beberapa senyawa anorganik seperti klorida terlarut, karbonat, silikat, fluosilicates, dan beberapa senyawa organik seperti trietanolamina.
Di antara semua bahan mempercepat ini, kalsium klorida adalah akselerator yang paling umum digunakan dalam beton. Sebagian besar literatur yang tersedia memperlakukan kalsium klorida sebagai akselerator utama dan secara singkat membahas jenis lain akselerator. Namun, meningkatnya minat dalam menggunakan "bebas klorida-" akselerator sebagai pengganti kalsium klorida telah diamati. Hal ini karena kalsium klorida pada beton bertulang dapat mempromosikan kegiatan korosi tulangan baja, terutama di lingkungan lembab. Namun, penggunaan praktik yang baik, yaitu proporsi yang tepat, konsolidasi yang tepat, dan ketebalan penutup yang memadai secara signifikan dapat mengurangi atau menghilangkan masalah yang berkaitan dengan korosi.
Kalsium Klorida. Kalsium klorida (CaCl2) adalah produk sampingan dari proses Solvay untuk pembuatan natrium karbonat.
CaCO 3 + 2NaCI Na 2 CO 3 + 2 CACI 
solusi kapur air garam
Kalsium klorida tersedia dalam dua bentuk. Regular serpihan kalsium klorida (ASTM D 98 Type 1) berisi minimal 77% CaCl2; serpihan terkonsentrasi, pelet, atau butiran kalsium klorida (ASTM D 98 Tipe 2) berisi minimal 94% CaCl2 (ACI Comm. 212 1963). Larutan 29% CaCl2 adalah bentuk yang paling sering produk cair tersedia secara komersial. Dalam bentuk padat atau cair, produk harus memenuhi persyaratan untuk ASTM C 494, Tipe C dan ASTM D 98 (Campuran dan tanah terak 1990).
Kalsium klorida telah digunakan dalam beton sejak 1885 (Rixom dan Mailvaganam 1986) dan menemukan aplikasi terutama dalam cuaca dingin, ketika memungkinkan keuntungan kekuatan untuk mendekati bahwa beton sembuh di bawah temperatur curing normal (Rixom dan Mailvaganam 1986). Dalam kondisi normal, kalsium klorida digunakan untuk mempercepat pengaturan dan proses pengerasan finishing awal atau cetakan turnaround.
Efek kalsium klorida pada sifat beton juga banyak dipelajari dan diukur. Selain mempengaruhi waktu pengaturan, kalsium klorida memiliki efek kecil pada sifat beton segar. Telah diamati bahwa penambahanCaCl2 sedikit meningkatkan kemampuan kerja dan mengurangi air yang diperlukan untuk menghasilkan kemerosotan yang diberikan (Ramachandran 1984) dan mengurangi perdarahan. Kali pengaturan awal dan akhir beton secara signifikan dikurangi dengan menggunakan kalsium klorida. Efek kalsium klorida pada pengaturan awal dan akhir dari pasta semen ditunjukkan pada Gambar 2.4 (Ramachandran 1984).Total pengaruh penambahan kalsium klorida tergantung pada dosis, jenis semen yang digunakan, dan suhu campuran.
Kekuatan tekan dan lentur beton secara substansial ditingkatkan pada usia dini dengan menggunakan kalsium klorida. Uji laboratorium telah menunjukkan bahwa sebagian besar peningkatan kuat tekan beton yang dihasilkan dari penggunaan 2% kalsium klorida berat kisaran semen dari 400 sampai 1.000 psi (2,8-6,9 MPa) pada 1 sampai 7 hari, 70 ° F (21 ° C) menyembuhkan (ACI Comm. 212 1963). Kekuatan jangka panjang biasanya terpengaruh dan kadang-kadang berkurang, terutama pada suhu tinggi (Campuran dan tanah terak 1990).
Ada bukti bahwa pengeringan penyusutan mortar atau beton meningkat dengan menggunakan kalsium klorida, terutama pada usia dini. Penyusutan besar pada periode sebelumnya mungkin disebabkan terutama untuk lebih hidrasi. Beberapa pekerjaan telah menunjukkan bahwa adalah mungkin untuk mengurangi pengeringan penyusutan dengan penambahan sodium sulfat (Ramachandran 1984). Pada usia dini beton dengan 2% CaCl2 menunjukkan ketahanan yang lebih tinggi untuk pembekuan dan pencairan dari itu tanpa pedal gas, tapi resistance ini menurun dengan waktu. Telah ditemukan, bagaimanapun, bahwa penambahan CaCl2 hingga 2% tidak menurunkan efektivitas entrainment udara (Ramachandran 1984).
Karena potensi korosi, kalsium klorida-terutama di beton pratekan-telah sangat terbatas digunakan. ACI Committee 222 (1988) telah menetapkan bahwa ion klorida jumlah tidak melebihi 0,08% massa semen di beton pratekan. British Standard CP.110 sangat menganjurkan bahwa kalsium klorida tidak boleh ditambahkan ke beton mengandung logam tertanam.
Nonchloride Accelerators Meskipun kalsium klorida adalah akselerator yang efektif dan ekonomis, masalah yang berhubungan dengan korosi yang terbatas penggunaannya dan insinyur dipaksa untuk mencari pilihan lain, terutama nonchloride mempercepat pencampuran. Sejumlah senyawa-termasuk sulfat, formates, nitrat, dan trietanolamin-telah diteliti. Bahan-bahan ini telah diteliti dan berhasil digunakan dalam beton. Triethanolamine (N (C 2 H 4 OH) 3) adalah cairan yang larut dalam air berminyak dengan bau amis dan diproduksi oleh reaksi antara amonia dan etilen oksida. Hal ini biasanya digunakan sebagai komponen dalam formulasi campuran lain dan jarang, jika pernah, sebagai satu-satunya bahan (Rixom dan Ramachandran 1986).
Kalsium oleh adalah jenis lain dari nonchloride akselerator digunakan untuk mempercepat waktu penetapan beton. Pada konsentrasi yang sama, kalsium oleh (Ca [OOOCH] 2) kurang efektif dalam mempercepat hidrasi dari C 3 S dari kalsium klorida dan dosis yang lebih tinggi diperlukan untuk memberikan tingkat yang sama percepatan yang disampaikan oleh CaCl2 (Ramachandran 1984) . Sebuah studi evaluasi kalsium oleh sebagai campuran mempercepat dilakukan oleh Gebler (1983) menunjukkan bahwa komposisi semen, konten dalam gypsum tertentu (SO 3), memiliki pengaruh besar pada perkembangan kuat tekan beton yang mengandung kalsium oleh. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rasio C 3 A ke SO 3 harus lebih besar dari 4 untuk kalsium menjadi mempercepat campuran yang efektif; dan bahwa jumlah optimal kalsium format untuk mempercepat kuat tekan beton tampaknya 2-3% berat semen (Gebler 1983). Kalsium nitrat dan kalsium tiosulfat juga dianggap akselerator.
Kalsium nitrit mempercepat hidrasi semen, seperti yang ditunjukkan oleh jumlah yang lebih besar dari panas yang dikembangkan dalam kehadirannya. Kalsium nitrit dan kalsium tiosulfat biasanya meningkatkan pengembangan kekuatan beton pada usia dini (Ramachandran 1984).
Rekomendasi
1. Uji verifikasi harus dilakukan pada admixtures cair untuk mengkonfirmasi bahwa materi adalah sama dengan yang telah disetujui. Tes mengidentifikasi termasuk klorida dan kandungan padatan, ph dan spektrometri inframerah.
2. Kalsium klorida sebaiknya tidak digunakan di mana baja tulangan hadir.
3. Kalsium klorida tidak boleh digunakan dalam kondisi cuaca panas, beton pratekan atau beton uap sembuh.
4. Dalam aplikasi yang menggunakan kalsium klorida, tingkat dosis harus dibatasi 2 persen dari berat semen.
5. Perawatan harus diambil dalam memilih non-kalsium klorida akselerator karena beberapa mungkin garam larut yang juga dapat memperburuk corrision.

Bahan tambah dengan fungsi accelerating digunakan dengan tujuan utama mendapatkan kekuatan awal yang lebih tinggi pada beton yang dikerjakan, misalkan jika elemen struktur beton yang diperlukan untuk segera dibebani oleh pekerjaan berikutnya dalam kaitan dengan waktu pelaksanaan yang ketat.

Penggunaan bahan tambah ini harus memperhatikan kadar ion klorida terlarut dalam beton keras yang disyaratkan, tidak boleh terlewati -- karena beresiko menimbulkan korosi pada besi atau baja tulangan.

Penggunaan bahan tambah ini harus memperhatikan dengan seksama waktu setting yang lebih cepat dan curing yang dilakukan harus sesempurna mungkin untuk mencapai kekuatan awal yang diinginkan lebih tinggi.

  • Tipe D : Water reducing + retarding admixture


Bahan tambah dengan fungsi water reducing + retarding digunakan dengan tujuan utama untuk menambah kekuatan beton karakteristik jangka panjang.

Penggunaan bahan tambah ini pada umumnya tidak mengubah kadar semen dan komposisi agregat yang digunakan pada desain mix untuk beton normal yang direncanakan
  • Tipe E : Water reducing + accelerating admixture

Bahan tambah dengan fungsi water reducing + accelerating digunakan dengan tujuan mendapatkan efek kekuatan awal yang lebih tinggi dari bahan tambah accelerating saja.

Penggunaan bahan tambah ini pada umumnya tidak mengubah kadar semen dan komposisi agregat yang digunakan pada desain mix untuk beton normal yang direncanakan
  • Tipe F : High range water reducing (HRWR)

Bahan tambah dengan fungsi HRWR digunakan untuk mendapatkan tingkat konsistensi  yang diinginkan atau ditetapkan spesifikasi dengan mengurangi berat air sebesar 12% atau lebih (sampai 40%)

Tujuan dan penggunaannya sama dengan bahan tambah tipe A dengan pengurangan berat air > 12%.
HRWR atau bahan tambah tipe F pada umumnya diaplikasikan atau dicampurkan di lokasi pengececoran.

Salah satu jenis bahan tambah ini adalah bahan superplasticizer. Bahan tambah dengan fungsi HRWR digunakan untuk mendapatkan tingkat konsistensi  yang diinginkan atau ditetapkan spesifikasi dengan mengurangi berat air sebesar 12% atau lebih (sampai 40%)

Tujuan dan penggunaannya sama dengan bahan tambah tipe A dengan pengurangan berat air > 12%.
HRWR atau bahan tambah tipe F pada umumnya diaplikasikan atau dicampurkan di lokasi pengececoran.

Salah satu jenis bahan tambah ini adalah bahan superplasticizer.

  • Tipe G : High range water reducing (HRWR) + retarding


Bahan tambah dengan fungsi HRWR + retarding digunakan untuk mendapatkan efek serupa dengan bahan tambah tipe D dengan pengurangan berat air yang digunakan sebesar 12% atau lebih (sampai 40%).

Tujuan dan penggunaannya sama dengan bahan tambah tipe D.
Pencampuran bahan tambah tipe G dapat dilakukan di batcing plant atau di lokasi proyek.
Beberapa jenis superplasticizer mempunyai klasifikasi sebagai bahan tambah tipe G.
________________________________________
Yang perlu diperhatikan dan tidak dilupakan adalah penggunaan bahan tambah yang berupa cairan, maka kandungan air yang ada dalam bahan tambah tersebut harus diperhitungkan dalam kadar air atau faktor air semen (fas) pada desain mix.

Beberapa produk bahan tambah produksi pabrik mempunyai spesifikasi yang memenuhi beberapa tipe admixture, untuk itu disarankan berkonsultasi dengan produsen untuk mendapatkan bahan tambah yang paling sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai

Demikianlah sedikit penjelasan dari tipe-tipe bahan kimia tambahan untuk beton.  Semoga bermanfaat. Terimakasih.