Follow Me

Instagram

PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR SECARA TERADU DAN PERMASALAHANNYA

I.          PENDAHULUAN

Pengelolaan sumber daya air terpadu atau yang dikenal dengan istilah Integrated Water Resources Management (IWRM) merupakan suatu proses koordinasi dalam pengembangan dan pengelolaan sumber daya air dan lahan serta sumber daya lainnya dalam suatu wilayah sungai, untuk mendapatkan manfaat ekonomi dan kesejahteraan sosial yang seimbang tanpa meninggalkan keberlanjutan ekosistem.
Kekeringan dan banjir adalah peristiwa alam yang merupakan bagian dari siklus kehidupanekosistem bumi. Hampir setiap tahun peristiwa kekeringan dan banjir datang silih berganti diberbagai tempat tidak hanya di negeri kita saja tetapi juga di berbagai negara lainnya.Kekeringan dan banjir dapat dikatakan sebagai “saudara kembar” yang pemunculannya datangsusul menyusul dan faktor penyebab kekeringan hampir sama dengan penyebab banjir, dankeduanya berperilaku linier dependent. Semakin parah banjir yang terjadi, maka semakindasyat pula kekeringan yang akan menyusul.Besar kecilnya curah hujan di suatu tempat merupakan fenomena alam yang terkaitdengan siklus hidrologi di bumi dan siklus ini menurut para ilmuwan bahwa perubahan siklushidrologi tahunan yang makin membingungkan perencanaan alokasi air serta jadwal musimtanam bukan hanya disebabkan karena faktor-faktor alami saja, tetapi juga sangat terkaitdengan perilaku manusia yang dapat mempengaruhi pemanasan atmosfer, antara lainmisalnya karena peningkatan emisi gas CO2 di udara.Berdasarkan kenyataan tersebut diatas, yang terpenting bagi kita adalah memahamifenomena tersebut serta menyikapi kenyataan itu agar air selalu dapat mencukupi dinamikaberbagai keperluan di saat curah hujan mulai menipis, dan sebaliknya air tidak menimbulkanpersoalan di saat curah hujan sedang meningkat.

II.       FAKTOR-FAKTOR YANG BERKAITAN DENGAN PERMASALAHAN SUMBER DAYA AIR

Beberapa faktor yang berkaitan dengan permasalahan sumber daya air, antara lain adalah:

1.      Kondisi Sumber Daya Air.

Posisi geografis Indonesia sebagai negara kepulauan yang terletak di sekitar gariskatulistiwa mendapatkan sebaran curah hujan yang variatif dari yang paling basah sampaidengan yang kering. Variasi curah hujan tahunan di berbagai wilayah kepulauan di Indonesiatergolong ekstrim ada pulau-pulau yang curah hujannya kurang dari 800 mm/tahun, dan adapula pulau yang curah hujannya sampai dengan 4000 mm/tahun. Curah hujan sebesar initerkonsentrasi selama kurang lebih 5 (lima) bulan dari bulan November s/d Maret sehinggabanjir sering terjadi pada bulan-bulan tersebut. Sedangkan pada 7 (tujuh) bulan yang lainnyacurah hujan sangat kecil dan jarang sehingga mengakibatkan ketersediaan air terbatas dan dilain pihak kebutuhan air tidak berkurang sehingga bencana kekeringan sering terjadi selamamusim kemarau.Rerata ketersediaan air diatas daratan Indonesia saat ini lebih dari 15.000 m3/kapita/tahun.Angka tersebut memang terasa sangat besar, yaitu hampir 25 kali lipat dari rata-rataketersediaan air per kapita dunia yang besarnya 600 m3/kapita/tahun. Meskipun ketersediaanair di negeri kita dalam skala global sangat berlimpah, tetapi keberlimpahan tersebut tidakterbagi merata di setiap wilayah. Keberadaan air di daratan Indonesia sepanjang tahunsangat dipengaruhi musim, letak geografis dan kondisi geologis.

2.      Pertambahan jumlah penduduk.

Pertambahan jumlah penduduk yang sebarannya tidak merata menjadi salah satu faktorpenyebab ketimpangan neraca air di berbagai pulau.Kesemuanya membutuhkan air tidak hanya untuk keperluan minum saja, tetapikebutuhan air yang lebih banyak justru untuk air untuk memproduksi bahan pangan.Pulau Jawa yang luasnya hanya 7% daratan Indonesia, hanya tersedia sekitar 4,5% daripotensi air tawar nasional. Dilematisnya pulau ini harus menopang sekitar 65% jumlahpenduduk Indonesia. Pulau Jawa tergolong sebagai wilayah yang mengalami tekananpenyediaan air yang perlu diwaspadai. Indeks Penggunaan Air (IPA) yaitu rasio antarakebutuhan air dibanding ketersediaan alami di beberapa wilayah sungai di Jawa sudahdemikian tinggi. Dengan semakin tingginya IPA, maka potensi konflikpenggunaan air antara wilayah hulu dan hilir, antar sektor maupun antar individu akan semakinmeningkat.

3.      Ketersediaan dan kinerja prasarana dan sarana.


Pelayanan prasarana dan sarana penyediaan air minum dan sanitasi di perdesaan masihsangat minim, jumlah rumah tangga di perdesaan tanpa akses ke sumber air minum 30,88%pada tahun 2003 dan tanpa akses ke sanitasi sebanyak 36,04%. Sistem air bersih yangterbangun baru dapat melayani 45 juta atau 40 % penduduk perkotaan dan 7 juta atau 8 %penduduk di perdesaan. Sebagian besar PDAM (sekitar 90 %) menyandang kategori tidaksehat baik secara teknis maupun manajerial menyebabkan tidak mampu memberikanpelayanan air minum dengan baik dan mengalami kesulitan membayar cicilan pinjaman.Masyarakat miskin dikawasan rawan air masih harus berjuang untuk mendapatkan airbersih dengan harga lebih mahal dibanding kelompok yang lebih mampu di perkotaan. Jaringan hidrologi yang seharusnya menjadi sarana penyedia informasi penting tentangketersediaan dan kondisi air baik untuk keperluan perencanaan maupun sebagai sumberinformasi yang penting bagi penyelenggaraan urusan pengeloaan SDA juga belummemperoleh perhatian yang cukup memadai baik dari segi kerapatan jumlah stasiun pemantauhidrologi dan jenis jaringannya, organisasi dan personilnya, maupun kesinambungan sumberpendanaannya.

4.      Kelembagaan pemerintah yang menangani pengelolaan SDA.


Institusi pemerintah baik di Pusat maupun di daerah yang sehari-hari memiliki kaitanwewenang dan tanggung jawab dalam pelaksanaan pengelolaan SDA, masih lebih dominanberperan pada tugas-tugas pembangunan dan rehabilitasi prasarana SDA. Sedangkan untukhal-hal yang menyangkut urusan pengaturan dan pelayanan air, serta urusan monitoring danevaluasi kondisi SDA masih belum cukup memadai baik dari segi kapasitas kelembagaannyamaupun kualitas personilnya. Di beberapa provinsi memang sudah terbentuklembaga yang mempunyai tugas pokok sebagai operator SDA yang berbasis wilayah sungai.Lembaga ini merupakan Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) Provinsi yang merupakankepanjangan tangan dinas provinsi yang membidangi pengelolaan SDA. Meskipun demikianlembaga ini masih sangat membutuhkan penguatan kapasitas baik dari segi teknis maupunmanajerial.

5.      Perilaku masyarakat pengguna sumber daya air.


Baik buruknya kondisi air juga sangat dipengaruhi oleh perilaku masyarakat penggunaairserta masyarakat pengguna lahan pada daerah aliran sungai. Hingga saat ini penggunaan airyang terbesar di Indonesia adalah untuk irigasi yaitu sekitar 80% dari total konsumsi air. Daripengguna air irigasi inilah diharapkan dapat dilakukan upaya penghematan penggunaan air,sehingga dari hasil efisiensi tersebut air dapat didayagunakan untuk kebutuhan yang lainmisalnya untuk kebutuhan rumah tangga dan industri. Upaya penghematan penggunaan airuntuk irigasi hingga saat ini masih mengalami berbagai kendala terutama akibat lekatnyabudaya penggunaan air yang berlebihan dan belum terhimpunnya petani di dalam kelompok-kelompokpengguna air sehingga memudahkan manajemennya. Berbagai upaya efisiensipenggunaan air telah dilakukan melalui pengenalan bercocok tanam hemat air yang konon adayang mampu menekan tingkat konsumsi air untuk irigasi sawah sampai dengan 50%.Meningkatnya pendapatandan perubahan gaya hidup masyarakat perkotaan berdampak pada peningkatan konsumsi airdan pencemaran air akibat limbah yang terbuang ke sumber-sumber air.

6.      Kondisi dan penggunaan ruang di daerah aliran sungai.


Kondisi dan penggunaan ruang di daerah aliran sungai mempunyai andil besar terhadapkelangsungan aliran air sepanjang waktu serta kualitasnya. Tingkat kekritisan DAS sangatberpengaruh terhadap distribusi aliran permukaan bulanan.
Perambahan lahan pada dataran banjir, kawasan resapan air, dan daerah sempadansungai menyebabkan perubahan morfologi sungai, dan penurunan kapasitas tampung sungai,telaga, dan waduk sehingga meningkatkan frekuensi, sebaran dan resiko atau tingkatkerawanan banjir.

7.      Ketersediaan per-UU-an dan pedoman.


Produk peraturan perundang-undangan, standar dan pedoman yang merupakan turunandari UU No.7 Tahun 2004 tentang SDA yang diharapkan menjadi landasan hukum, rambu dansekaligus menjadi panduan operasional dalam pelaksanaan pengelolaan SDA masihmerupakan pekerjaan rumah yang perlu segera dikejar penyelesaiannya. Banyak program,kegiatan dan langkah-langkah operasional yang terpaksa mengalami stagnasi karenaterkendala oleh keterbatasan produk peraturan, standar atau pedoman. Mekanisme koordinasidalam pengelolaan SDA di tingkat wilayah sungai misalnya, terpaksa masih harus menungguterbitnya Peraturan Presiden tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Wadah Koordinasi(SOTK) Pengelolaan SDA serta Peraturan Menteri PU tentang Pedoman Pembentukan WadahKoordinasi Pengelolaan SDA di Provinsi, Kabupaten/Kota serta di Wilayah Sungai.


III.    KEBIJAKAN DAN STRATEGI

Kompleksitas permasalahan SDA membutuhkan upaya pemecahan dan antisipasi yang tidakmungkin hanya dapat dilakukan oleh pemerintah saja tetapi harus mendapat respons semua pihakbaik sebagai individu maupun kelompok atau badan hukum termasuk unsur legislatif. Areapermasalahan dan pemecahannya harus dilihat secara menyeluruh dan melibatkan peransebanyak-banyaknya pihak yang terkait.

Kebijakan dan strategi pengelolaan sumber daya alam(natural resources) hanya dapat terlaksana secara efektif dan mencapai hasil yang optimalapabila dalam perencanaannya senantiasa berpatokan pada tiga pertimbangan yaitu: (i) sifat danciri khas kodrati SDA itu sendiri, (ii) disiplin teknologi di bidang SDA, dan (iii) society khususnyayang berkaitan dengan acceptance (bisa diterima atau tidaknya oleh masyarakat).

Keberadaan sumber daya air mengikuti siklus yang tidak pernah berhenti. Siklus tersebutkemudian dinamai siklus hidrologi. Berdasarkan fakta tersebut, maka teknologi pengelolaannyapun tidak terlepas dari sifat kodrati SDA. Karena itu lingkup wilayah pengelolaan SDA harusberdasarkan wilayah hidrografis yang kemudian dikenal dengan sebutan Daerah Aliran Sungai(DAS). Keberadaan sebuah DAS ada yang sepenuhnya berada dalam satu wilayahkabupaten/kota, bisa juga lintas kab/kota ataupun lintas provinsi dan lintas negara.Pandangan tentang wilayah pengelolaan SDA berdasarkan satu DAS ternyata tidak bisabegitu saja diterima oleh lingkungan sosial, karena potensi SDA dalam sebuah DAS belum tentubisa mencukupi kebutuhan masyarakat yang tinggal di dalam DAS yang bersangkutan.

Penggabungan beberapa DAS menjadi satu wilayahpengelolaan harus dapat dijawab melalui teknologi SDA. Berdasarkan pertimbangan tersebut sertapertimbangan rasionalitas, efisiensi, dan efektivitas pengelolaan itulah UU No.7 Tahun 2004kemudian memperkenalkan istilah Wilayah Sungai sebagai basis wilayah pengelolaan SDA,dengan definisi sbb: “Wilayah sungai adalah kesatuan wilayah pengelolaan SDA dalam satu ataulebih daerah aliran sungai dan/atau pulau-pulau kecil”.Konsepsi pengelolaan terpadu SDA yang berbasis DAS ataupun wilayah sungai dikenal olehmasyarakat internasional dengan istilah Integrated Water Resources Management (IWRM) ataudalam bahasa Indonesia dikenal dengan sebutan Pengelolaan Terpadu SDA dan terkadangdisebut juga Pengelolaan SDA Terpadu bahkan ada pula yang menyebut Pengelolaan SDAMenyeluruh dan Terpadu.Sebuah organisasi yang bernama Global Water Partnership, 2000 telah merumuskan definisidan interpretasi IWRM, yaitu “suatu proses yang mengintegrasikan pengelolaan air, lahan,dan sumber daya terkait lainnya secara terkoordinasi dalam rangka memaksimalkan resultanekonomi dan kesejahteraan sosial secara adil tanpa mengorbankan keberlanjutan ekosistem yangvital. Prinsip pengelolaan terpadu ini dikembangkan sebagai respons terhadap pola pengelolaanSDA yang selama ini dilakukan secara terfragmentasi. Rumusan IWRM tersebut kemudiandikerucutkan lagi dalam pertemuan Global Water Partnership-South East Asia, 2004 menjadi sbb:“Co-ordinated management of resources in natural environmental (water, land, flora, fauna)based on RIVER BASIN as geographical unit, with objective of balancing man’s needs withnecessity of conserving resources to ensure their sustainability”. IWRM is not dogmaticframeworks, but a flexible, common-sense approach to water management and development”.

Dari kedua interpretasi tentang IWRM tersebut, penulis berpendapat bahwa konsepsi IWRMperlu dimulai dengan PROSES MEMBANGUN PERSEPSI tentang asal muasal air dan kemanaperginya air, PROSES MEMBANGUN KOMITMEN untuk mendayagunakan air disertai kesadarantentang pentingnya konservasi serta MENYIKAPI SECARA KOLEKTIF tentang bagaimana caramengelolanya agar dapat didayagunakan dengan hasil yang optimal dan berkelanjutan”.Upaya yang perlu dilakukan untuk meningkatkan kinerja pengelolaan SDA adalahmenanamkan pemahaman terhadap konsepsi IWRM kepada semua pihak yang terkait untukdimengerti. Keterpaduan pengelolaan SDA mencakup dua komponen besar yaitu sistem alami dannon alami.

Keterpaduan pada komponen pengelolaan sistem alami, mencakup:

1) Kawasan hulu dengan kawasan hilir.

2) Kuantitas air dengan kualitas air.

3) Air hujan dengan air permukaan, dan air bawah tanah.

4) Penggunaan lahan (land use) dengan pendayagunaan air (water use).


Sedangkan keterpaduan pada komponen pengelolaan sistem non alami, sekurang-kurangnyamencakup:

1) Keterpaduan antar sektor yang terkait dalam perumusan kebijakan, dan program ditingkat pusat dan daerah.

Keterpaduan dalam aspek ini diperlukan untuk menyelaraskankebijakan pembangunan ekonomi dengan kebijakan pembangunan sosial sertalingkungan hidup.

2) Keterpaduan antar semua pihak yang terkait (stakeholder) dalam perencanaan danpengambilan keputusan.

Keterpaduan dalam aspek ini merupakan elemen penting dalammenjaga keseimbangan dan keberlanjutan pendayagunaan air. Saat ini masing-masingpihak yang terkait masih menempatkan prioritas kepentingan yang berbeda-beda, bahkanseringkali bertentangan satu sama lain. Dalam kaitan ini perlu dikembangkan instrumenoperasional untuk menggalang sinergi dan penyelesaian konflik.

3) Keterpaduan antar wilayah administrasi baik secara horisontal maupun vertikal.

Dalamaspek ini tidak saja perlu ada kejelasan tentang pembagian wewenang dan tanggungjawab pengelolaan, tetapi perlu juga dikembangkan pola kerjasama antar daerah atasdasar saling menggantungkan dan saling menguntungkan.Pengelolaan terpadu merupakan proses menerus yang tak boleh terhenti. Setiap prosesharus memiliki target capaian berdasarkan tahapan yang jelas. Setiap tahapan proses yangdirancang harus dapat dinilai akuntabilitasnya.

Keberhasilannya perlu terukur melalui tiga kriteriautama, yaitu:

1) Efisiensi ekonomi.

Didepan mata, permintaan jasa pelayanan air kian meningkat,sementara itu di berbagai tempat terjadi kelangkaan atau keterbatasan air yang bersihdan sumber daya finansial. Dalam situasi seperti itu, efisiensi ekonomi dalampendayagunaan SDA harus menjadi perhatian.

2) Keadilan.

Air adalah salah satu kebutuhan dasar yang mutlak diperlukan oleh setiaporang, karena itu akses untuk memperoleh air yang bersih perlu diupayakan bagi setiaporang untuk memenuhi kebutuhan pokok hidup yang sehat dan produktif.

3) Keberlanjutan fungsi lingkungan hidup.

Pendayagunaan SDA tidak hanya mengejarkepentingan ekonomi jangka pendek, tetapi harus memperhatikan kepentingan generasiyang akan datang, karena itu setiap upaya pendayagunaannya harus diimbangi denganupaya konservasi yang memadai.

IV.    KEGIATAN YANG TELAH DAN AKAN DILAKSANAKAN


a)      Mempertegas batas tanggung jawab pengelolaan SDA antara Pusat dan Daerah.

UU No.7 Tahun 2004 telah mengamanatkan bahwa wewenang dan tanggung jawabpemerintah dalam pengelolaan SDA didasarkan pada letak wilayah sungai (WS).

b)      Membangun sistem koordinasi pengelolaan SDA.

Pengelolaan SDA mencakup kepentingan lintas sektoral dan lintas wilayah yangmemerlukan keterpaduan tindak untuk menjaga kelangsungan fungsi dan manfaat SDA.

c)      Menyiapkan acuan bagi pelaksanaan program dan kegiatan pengelolaan.

Pengelolaan SDA membutuhkan keterlibatan semua pihak baik pemerintah maupunmasyarakat. Agar masing-masing pihak dapat berperan secara kolaboratif sesuai dengantugas dan fungsinya sehingga dapat terbangun sinergi untuk mencapai hasil yang optimal,diperlukan SATU dokumen yang diharapkan menjadi pemandu atau pengarah dalampenyusunan program dan kegiatan antar sektor dan antar wilayah administrasi.

d)     Membangun jejaring sistem informasi SDA

Informasi merupakan hal yang mutlak diperlukan dalam penyelenggaraan pengelolaan
SDA.

e)      Memperkuat kelembagaan pengelolaan SDA

Kelembagaan pengelolaan SDA baik di Pusat dan di daerah termasuk di tingkat WSperlu ditata dan diperkuat menuju terciptanya pemisahan fungsi pengaturan, pelaksanaan,pengoperasian dan pemeliharaan, pemanfaatan, dan koordinasi dengan tetap menjagasinergi antarfungsi dengan tetap mengedepankan prinsip desentralisasi dan otonomi daerah.

f)       Membangun sistem pembiayaan untuk kelangsungan pengelolaan SDA

Kelangsungan pengelolaan SDA membutuhkan dukungan pendanaan yang konsistendan menerus. UU No.7 Tahun 2004 mengamanatkan bahwa sumber pembiayaanpengelolaan SDA dapat berasal dari: (i) anggaran pemerintah; (ii) anggaran swasta; dan
(iii) hasil penerimaan Biaya Jasa Pengelolaan SDA.

g)      Penyusunan program dan pelaksanaan kegiatan pengelolaan SDA

Penyusunan program dan pelaksanaan kegiatan pengelolaan SDA perlu dilakukan olehsetiap sektor atau daerah. Penyusunan program dan pelaksanaan kegiatan ini harusmengacu kepada Rencana (Induk) Pengelolaan SDA. Apabila Rencana Pengelolaan SDAtersebut belum tersedia, maka program dan rencana kegiatan pengelolaan SDA padasuatu wilayah sungai untuk sementara waktu dapat disusun oleh masing-masing instansidengan cara melibatkan instansi yang terkait dan berpegang pada arahan umum sebagaiberikut:

Program Konservasi SDA,

Diarahkan untuk meningkatkan, memulihkan dan mempertahankan daya dukung, daya tampung, danfungsi SDA untuk menjamin ketersediaan air, memulihkan dan mempertahankan kualitas air serta menerapkan prinsip pencemar membayar sebagai instrumen untuk mendorongpengendalian pencemaran air dan meningkatkan pengelolaan kualitas air.

Program Pendayagunaan SDA,

Diarahkan untuk menyediakan air yang memenuhi persyaratan kualitas dan kuantitas sesuai denganruang dan waktu secara berkelanjutan untuk memenuhi kebutuhan pokok kehidupan sehari-hari sebagai prioritas, meningkatkan efektivitas dan efisiensi penyediaan serta penggunaan air irigasi denganlebih mengutamakan kegiatan operasi dan pemeliharaan, optimalisasi, rehabilitasi, danpeningkatan kinerja sistem irigasi yang ada daripada pembangunan baru.

Program Pengendalian Daya Rusak Air,

Diarahkan untuk meningkatkan kesiapan dan ketahanan pemilik kepentingan menghadapi akibat dayarusak air, melindungi kawasan budidaya dari bencana banjir dengan prioritas daerahpermukiman, daerah produksi, dan prasarana umum, menghambat peningkatan besaran debit banjir dengan menerapkan prinsip “zero deltaq policy” ( “zero delta q policy” adalah suatu kebijakan untukmempertahankan besaran debit banjir supaya tidak bertambah dari waktu ke waktu), memulihkan fungsi lingkungan hidup serta prasarana dan sarana umum yang terkena bencana akibat daya rusak air, perencanaaan tata ruang perlu memperhatikan kemungkinan terjadinya banjir.

Program Pemberdayaan dan Peningkatan Peran Masyarakat, Swasta, danPemerintah, 

Diarahkan untuk meningkatkan prakarsa dan peran masyarakat secara terencana dan sistematis dalam pengelolaan SDA, meningkatkan peran dan tanggung jawab swasta untuk berpartisipasi dalampengelolaan SDA, meningkatkan kinerja lembaga pemerintah dalam pengelolaan SDA melalui penyesuaian dan penyempurnaan kelembagaan, peningkatan kualitas sumber dayamanusia sesuai standar kompetensi, dan peningkatan sistem koordinasi antarlembaga pemerintah, mengoptimalkan peran wadah koordinasi dan konsultasi para pemilik kepentingandalam rangka pengelolaan SDA yang berdasarkan asas transparansi, keadilan,pelestarian, keterpaduan, dan akuntabilitas.

Program Keterbukaan dan Ketersediaan Data/Informasi SDA,

Aagar diarahkan untuk menyediakan data dan informasi SDA yang akurat, tepat waktu, berkelanjutan, dan mudah diakses oleh pengguna, mewujudkan kemudahan mengakses dan mendapatkan data dan informasi SDA bagimasyarakat untuk mendukung transparansi pengelolaan SDA.

V.       KESIMPULAN

1.      Air sebagai sumber kehidupan, ketersediaannya dibatasi ruang dan waktu dankualitasnya pun sangat rentan.

2.      Pengelolaan SDA harus dilakukan secara menyeluruh dan terpadu, sedangkanpelaksanaannya perlu didukung oleh sistem kelembagaan yang kuat dan bertanggungjawab.

3. Pembentukan wadah koordinasi pengelolaan SDA merupakan hal yang esensial untukmengakomodasi aspirasi dan kepentingan berbagai pihak yang terkait dengan SDA.

4.     Semua pihak yang terkait perlu mengambil peran secara konsisten dalam keseluruhanproses pengelolaan SDA.

5.      Pengelolaan SDA yang optimal, efektif, dan berkelanjutan memerlukan dukunganprogram sosialisasi dan kampanye yg konsisten dan menerus.

6.      Pengelolaan SDA membutuhkan dukungan dana yang berkelanjutan, karenanyapenerima manfaat jasa pengelolaan selayaknya ikut berkontribusi.


DAFTAR PUSTAKA

1)      Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Laporan Utama PengembanganKebijakan Infrastruktur Perdesaan, University Network for Rural InfrastructrureDevelopment, Australian Government AusAID, 2006.

2)      Imam Anshori, Kebijakan Pengelolaan SDA di Indonesia, ISBN-979-98014-4-3,Panitia Nasional Program Hidrologi IHP-UNESCO, LIPI 2004.

3)      Justika S.Baharsyah, Strategi Nasional Jangka Panjang Pengelolaan SDAMenghadapi Prospek Berlanjutnya Perubahan Iklim Global, , IPB 2002.

4)      Sutardi, Moch Ali, Sutopo P, Jossi Suzanna, Pengelolaan SDA Terpadu Ditinjau DariAspek Keberlanjutan Fungsi LH, Lokakarya Nasional, Jakarta 4 Juli 2006.

5)      Pemerintah RI, UU No.7 Tahun 2004 Tentang Sumber Daya Air.


PEMBUATAN DAN UNSUR PENYUSUN MATRIX (PLASTIC) THERMOPLASTIC DAN THERMOSET

I.             PENDAHULUAN

Matriks adalah bahan dasar pembentuk komposit yang mengikat pengisi dengan tidak terjadi ikatan secara kimia. Matriks dalam  suatu komposit polimer berperan untuk mempertahankan posisi dan orientasi serat untuk melindunginya dari pengaruh  lingkungan. Matrik dalam   komposit mempunyai peran sebagai berikut :
1.      Sebagai pengikat partikel penguat.
2.      Pendistribusi beban yang dikenakan pada material komposit kepada partikel penguat.
3.      Melindungi partikel penguat dari kerusakan eksternal.

Polimer merupakan suatu makro molekul, tersusun dari molekul rantai panjang yang berulang-ulang. Saat ini polimer digunakan secara luas karena sifat polimer lebih ringan dan tidak korosif dibandingkan dengan matrik logam dan harganya yang relatif lebih murah dibandingkan matrik keramik. Polimer terdiri dari banyakmonomer yang saling mengikat dalam ikatan kimia membentuk suatu solid. Polimer matrik komposit secara umum terdiri dari tiga macam yaitu termoset, termoplastik dan rubber (karet) [Sulistia Rudi, 2006].
Polimer terbuat dari ribuan unit molekul kecil yang disebut monomer. Prosespenggabungan molekul-molekul tersebut dinamakan polimerisasi dan jumlah unit dalam  molekul besar yang tersusun dinamakan derajat polimerisasi. Nama-nama dari polimer yang tersusun dari awalan poli dan diikuti nama monomernya, misalnya poliester tersusun dari poli dan ester. Secara umum terdapat dua macam plastik, yaitu Thermoplastic dan Thermoset.
Ada beberapa masalah yang dihadapi pada proses pembentukan dan pembuatan partikel plastik, dengan mempertimbangkan kebutuhan dan kemudahan dalam pembentukannya, diantaranya bagaimana memilih jenis plastik yang dapat diproses sesuai dengan cetakan yang dibutuhkan? Apa saja yang dibutuhkan dalam proses pembentukan plastik dengan karakteristik tertentu, dengan penanganan secara khusus? Apakah pabrik yang memproduksi plastik tersebut sudah mampu untuk mengerjakannya sesuai dengan prosedur yang tepat?
Inilah masalah utama yang harus ditanggapi secara serius. Apa saja yang bagian-bagian yang dapat dimanfaatkan dari proses pembentukan plastik, seperti pada pembentukan plastik jenis polyethylene ataupun polybenzimidizole ?

II.          KOMPOSIT POLIMER

Beberapa metode proses pembentukan komposit polimer, diantaranya :
·         Tipe matriks, seperti pada thermoplastik dan thermosetting
·         Pemberian perkuatan, seperti pada serat plastik, serat karbon, kaca, keramik dan beberapa logam buatan.

a.      Type perkuatan

Tujuan utama perkuatan polimer pada material plastik adalah untuk pembentukan properti mekanik dari jenis polimer Tetapi pemberian perkuatan pada polimer harus dikerjakan secara benar dan tepat secara prosedur. Salah satu dampak yang terjadi akibat pemberian perkuatan yang tidak sesuai prosedural adalah terjadinya retakan, maupun goresan pada permukaan polimer, sehingga produk yang dihasilkan tidak sesuai yang diharapkan.

b.      Teknik Fabrikasi komposit

Ada beberapa variasi teknik pada proses pembuatan komposit secara fabrikasi, diantaranya : laminating, cetakan terbuka, transfer dari sisa proses kimia, lembaran dan cetakan massal, pultrusion,injeksi cetakan dari reaksi perkuatan.

c.       Aplikasi dari komposit polimer

Beberapa faktor yang menentukan pemanfaatan dari aplikasi komposit polimer, diantaranya adalah : ketersediaan bahan baku, pembiayaan, peralatan dan penggunaan secara massal
Secara umum produk komposit polimer yang dapat dihasilkan dari fabrikasi, adalah thermoset dan thermoplastik.

d.      Spesifikasi proses

Secara umum ada lebih dari 30 (tiga puluh) jenis proses pembentukan plastik dan polimernya, tergantung dari keperluan/pemanfaatannya, ketersediaan bahan, biaya dan tentunya peralatan yang tersedia.Beberapa jenis plastik dan polimernya yang dikelompokkan berdasarkan tujuan penggunaannya, antara lain :

Ø  Plastik yang dibuat dengan tujuan secara umum seperti :


  1. Polyethylene (HD, LD, UHMW) (PE)
  2. Polypropylene (PP)
  3. Polyvinil Chloride (PVC)
  4. Polyester (PETG)
  5. Polymethyl methacrylate (PMMA)
  6. Vinylidene fluoride (PVF)
  7. Polystryne (PS)
  8. Acrylonitrile butadiene styrene (ABS)

Plastik yang dibuat dengan tujuan teknis seperti :


  1. Nylon (PA)
  2. Acetal (POM)
  3. Polycarbonate (PC)
  4. Polyimide (PI)
  5. Polyamide-imide (PAI)
  6. Polyphenylene sulfide (PPS)
  7. Phenolic (PF)
  8. Fluorocarbons (PTFE, FEP, PFA, ECTFE)
  9. Polyphenylene oxide (PPO)
  10. Polyetherether ketone (PEEK)
  11. Polysulfone (PS)

Plastik yang dibuat dengan tujuan pengecoran seperti :


  1. Polyester (UP)
  2. Epoxy (EP)
  3. Silicone (SI)
  4. Polyurethane (PUR)

e.       Plastik yang dapat di daur ulang

Sebagian besar plastik yang digunakan sebagai wadah makanan, biasanya dapat didaur ulang. Tetapi tentunya dengan kriteria dan perlakuan yang lebih khusus. Industri plastik dari masyarakat Amerika (SPI), memberi pengkodean tertentu pada beberapa jenis plastik dan polimer yang dapat didaur ulang, seperti :

  1. PET     : Polyetylene Terephthalate
  2. HDPE             : High Density Polyethylene
  3. V         : Polyvinyl chloride
  4. PP        : Polypropylene
  5. PS        : Polystyrene
  6. Other   : jenis plastik lain yang tidak termasuk pada kategori di atas.

III.       THERMOPLASTIC

Thermoplastik termasuk salah satu komuditas plastik yang umum digunakan, seperti polystrene dan polyethylene yang menghasilkan jenis plastik seperti nylon dan polyphenylene sulfide.Beberapa metode proses pembentukan thermoplastik, diantaranya:

  1. Menyuntikannya pada cetakan
  2. Meniupnya pada cetakan
  3. Diputar-putar pada cetakan
  4. Menghamparnya seperti lembaran
  5. Membentuknya seperti film
  6. Memberikan tekanan dan dorongan keluar (disemprotkan) pada cetakan
Secara umum banyak proses yang dapat dilakukan untuk membentuk thermoplastik, tetapi beberapa proses yang dilakukan, membutuhkan biaya yang sangat mahal. Hal ini tentunya menjadi pertimbangan utama dalam memilih jenis proses yang tepat agar investasi yang telah ditanam dapat menguntungkan secara ekonomis.
Pada material matriks komposit polimer terdapat 2 (dua) tipe, yaitu thermoplastik dan thermosetting. Berdasarkan fakta, pada tahun 2003 terdapat kurang lebih 90 % pasar komposit, dibuat dari material thermosetting.
Secara umum komposit thermoplastik dapat dari bahan-bahan perkuatan yang bersifat umum dan juga dari banyak jenis material matriks lainnya. Beberapa jenis bahan umum yang digunakan untuk perkuatan diantaranya kaca, serat karbon dan serat aramid. Sedangkan bahan-bahan umum yang digunakan pada pembentukan thermoplastik diantaranya polysulfone, polyethersulfone, polyetherimide, polyetherketone dan polyphenylene sulfide.
Proses ini akan dapat berjalan dengan mudah jika dilaksanakan dengan tepat dan prosedural.

a.      Resin thermosetting

Matriks polimer thermosetting biasanya dibuat dari cairan dengan kekentalan yang rendah yang kemudian dikombinasikan dengan beberapa katalis yang energinya bersumber dari beberapa aplikasi maupun yang berasal dari ultra violet.Dari berbagai sudut pandang, material matriks terdiri dari 3 (tiga) bahan utama, diantaranya phenolics, epoxies dan polyester tidak jenuh.

b.       Phenolics (PFs)

Phenolics adalah suatu jenis material yang bersifat keras, kaku dengan modulus elastisitas yang tinggi dan sangat baik digunakan untuk bahan peralatan kelistrikan.Pada proses pembentukannya membutuhkan proses yang sangat panjang dan mahal. Sehingga secara ekonomis perlu dipertimbangkan dalam penentuan penggunaannya.

c.      Epoxies

Epoxies sebenarnya adalah polyethers yang dimodifikasi. Secara umum resin dari epoxy adalah merupakan bahan yang penting pada pembentukan bahan matriks dengan kandungan komposit struktur yang berkualitas tinggi. Tetapi proses epoxy itu sendiri membutuhkan biaya yang sangat besar, sehingga perlu dipertimbangkan lebih lanjut.

d.       Polyester tidak jenuh

Polyester tidak jenuh merupakan styrene-polyester dari resin kopolymer dan biasanya mengandung zat yang mencegah timbulnya cairan pada proses kimia yang terjadi. Dari segi ekonomis, penggunaan polyester tidak jenuh lebih direkomendasikan, karena prosesnya yang lebih mudah dan lebih murah dibandingkan dengan yang lain.

e.       Silikon

Silikon adalah suatu jenis material komposit yang digunakan secara khusus untuk keperluan tertentu.  Salah satu kelemahan penggunaan silikon ini adalah pada proses pembentukannya menggunakan temperatur suhu yang sangat tinggi (hingga 315° C), yang tentunya akan berpengaruh pada biaya produksi yang menjadi lebih mahal.

f.      Polyimides

Polyimides adalah jenis bahan plastik seperti silikon, tetapi proses pembentukannnya lebih sulit dibanding proses pembentukan silikon. Secara umum, bahan matriks polyimides yang sering digunakan adalah polyether imide (PEI), Polyphenylene sulfide (PPS) dan thermoplastic polyimides (PIs).

IV.       THERMOSET

Pengertian Termoset

Termoset adalah salah satu jenis plastik yang sering digunakan dalam pembuatan komposit dengan penguat serat maupun serbuk. Matrik jenis ini memiliki rantai-rantai molekul yang saling berhubungan sehingga walaupun mengalami pemanasan dan penekanan, masing-masing rantai molekul tidak akan saling bergerak relatif. Matrik akan mencair dan kemudian mengeras bersamaan dengan terbentuknya suatu jaringan ikatan rantai monomer sehingga akan bersifat stabil. Beberapa kelebihan penggunaan termoset sebagai matrik adalah  :

  1.  Mengikat filler dengan mudah dan baik
  2. Memiliki viskositas yang rendah
  3. Memiliki daya lekat yang baik dengan bahan penguat
  4. Kekakuan yang baik
  5. Stabilitas dimensi yang baik
  6. Ringan
  7. Tahan korosi
Polimer thermoset adalah jenis polimer plastik dengan tipikal seperti partikel resin cair atau partikel agak padat, serbuk maupun serpihan.
Beberapa metode proses pembentukan thermoset, diantaranya :

  1. Menekannya (memampatkan) pada cetakan
  2. Menyuntikannya pada cetakan
  3. Proses pembuihan (busa)
  4. Hasil dari reaksi injeksi pencetakan
  5. Transfer pencetakan
  6. Pengecoran
  7. Sintering
  8. Vulkanisasi
Beberapa bagian pada proses thermoset dilakukan dengan suhu dan temperatur yang sangat tinggi, hingga 260° C. Walaupun dengan suhu tinggi, thermosets tidak mencair, bahkan sisa pembakarannya masih bisa digunakan lagi. Oleh akrena itu proses thermoset sedikit lebih sulit daripada proses pembentukan pada thermoplastik, tetapi perlu diingat, peralatan yang digunakan pada proses thermoset lebih murah dibandingkan peralatan yang digunakan pada proses thermoplastik.

Macam Termoset

Macam-macam dari plastik jenis termoset antara lain sebagai berikut :

a.      Poliester

Poliester merupakan resin cair dengan viskositas relatif rendah, mengeras pada suhu kamar dengan penggunaan katalis tanpa menghasilkan gas sewaktu pengesetan seperti resin termoset lainnya, sehingga tidak memerlukan penekanan saat.    

b.      Epoksi

Resin ini banyak digunakan untuk aplikasi rekayasa karena memiliki sifat-sifat yang lebih unggul dibandingkan dengan resin lainnya, antara lain kekuatan tarik serta kekuatan tekan yang tinggi, tahan terhadap bahan kimia, sedikit volatiles (Gas-gas pengotor), stabilitas ukuran yang baik, ketahanan termal yang tinggi, dan mudah dibentuk tanpa dipanaskan terlebih dahulu.

c.       Fenol

Resin fenol adalah jenis termoset pertama yang paling banyak digunakan dalam dunia industri. Memiliki sifat kestabilan dimensi yang baik, rambatan patahan yang lambat, ketahanan kimia yang baik, dan emisi racun yang rendah  pada  saat terbakar. Material ini banyak digunakan sebagai peralatan elektronik, dan beberapa peralatan otomotif.
Demikianlah beberapa penjelasan mengenai PEMBUATAN DAN UNSUR PENYUSUN MATRIX (PLASTIC) THERMOPLASTIC DAN THERMOSET yang dapat saya bagikan semoga bermanfaat, terima kasih.

KONSEP DRAINASE BERWAWASAN LINGKUNGAN

I. PENDAHULUAN

Secara garis besar konsep drainaseyang ada dibagi menjadi :

(1) Drainase Konvensional dan :

(2) Konsep Eko Drainase. 

Dalam konsep drainase konvensional, seluruh air hujan yang jatuh ke disuatu wilayah harus secepat-cepatnyadibuang ke sungai dan seterusnyamengalir ke laut. Jika hal inidilakukan pada semua  kawasan, akanmemunculkan berbagai masalah, baikdi daerah hulu, tengah, maupun hilir.
Latar belakang pemikiran eko drainase adalah kerusakan lingkungan-perubahan tata guna lahan, banjir dan kekeringan terus berlangsung, kebutuhan air bersih meningkat pesat, penurunan muka air tanah drastis, perubahan iklim (peningkatan suhu udara, muka air laut (rob) kelembaban udara menurun, dll), kesehatan masyarakat menurun (kualitas sanitasi tidak baik) dan masyarakat belum ikut serta dalam pengelolaan drainase.
Prinsip eko drainase adalah memperbaiki kualitas air pada sistem drainase,
menurunkan beban drainase dan melibatkan masyarakat. Tingginya perkembangan penduduk menyebabkan tingginya kebutuhan akan hunian besertasarana prasarana pendukungnya, padahal luas wilayah relatif tetap. Hal ini menyebabkan tingginya alihfungsi ruang terbuka menjadi terbangun. Sehingga apabila terjadi hujan, selalu terdapat genangan. SubDaerah Aliran Sungai (Sub DAS) Watu bagian Hilir adalah salah satu lokasi yang cukup diminati pengembanguntuk membangun perumahan. Tercatat di lokasi studi terjadi peningkatan jumlah lokasi genangandengan lama genangan dan tinggi genangan yang bervariasi. Di sisi lain belum ada penanganangenangan dengan pendekatan tata ruang air, sehingga tercipta penataan ruang daratan dengan memberikanruang yang semestinya bagi air untuk dapat masuk secara maksimal ke dalam tanah melalui prosesinfiltrasi.
Genangan adalah peristiwa manakala kawasan dipenuhiair karena tidak ada drainase yang mematusair tersebut keluar kawasan (Sobirin,2007). Jadi, genangan
berhubungan erat dengan resapan dan salurandrainase. Genangan didefinisikan sebagai sekumpulanair yang berhenti mengalir di tempat-tempat yangbukan merupakan badan air.Genangan ditengarai oleh sebagian pengamatperkotaan dan lingkungan hidup, sebagai salah satuakibat adanya konflik kepentingan dan kebutuhan antaramanusia dengan air. Konflik tersebut meliputikonflik antara ruang terbangun dengan ruang terbukahijau, konflik antara tata ruang bangunan dengan tataruang air, dan konflik antara penataan ruang denganpengelolaan sumber daya air.Konflik antara ruang terbangun dengan ruangterbuka hijau yaitu meningkatnya ruang terbangunmenyebabkan berkurangnya ruang terbuka hijau,yang pada akhirnya menyebabkan peningkatan aliranpermukaan dan berkurangnya air yang meresap kedalam tanah menjadi air tanah. Padahal bagi sebagianorang, perubahan penggunaan lahan tidak terbangunmenjadi terbangun mengandung arti telah terjadi peningkatannilai ekonomi lahan.

II. DRAINASE RAMAH LINGKUNGAN

Drainase ramah lingkungan atauekodrainase menjadi konsep utama danmerupakan implementasi pemahamanbaru konsep ekohidraulik dalam bidangdrainase.Drainase ramah lingkungan didefinisikansebagai upaya mengelola air kelebihandengan cara sebesar-besarnya diresapkanke dalam tanah secara alamiah ataumengalirkan ke sungai dengan tanpamelampaui kapasitas sungai sebelumnya.
Air kelebihan pada musim hujan harusdikelola sedemikian sehingga tidakmengalir secepatnya ke sungai. Namundiusahakan meresap ke dalam tanah, gunameningkatkan kandungan air tanah untukcadangan pada musim kemarau.Konsep ini sifatnya mutlak di daerahberiklim tropis dengan perbedaan musimhujan dan kemarau yang ekstrem sepertidi Indonesia.
Beberapa metode drainase ramahlingkungan yang dapat dipakai diIndonesia, antara lain adalah metode kolam konservasi, metode sumur resapan, metode river side polderdan metode pengembangan areal perlindunganair tanah (ground water protection area).  Metode kolam konservasi dilakukandengan membuat kolam-kolam air,baik di perkotaan, permukiman,pertanian, atau perkebunan. Kolamkonservasi ini dibuat untukmenampung air hujan terlebih dahulu,diresapkan dan sisanya dapatdialirkan ke sungai secara perlahan-lahan. Kolam konservasi dapat dibuatdengan memanfaatkan daerah-daerahdengan topografi rendah, daerahdaerahbekas galian pasir atau galianmaterial lainnya, atau secara ekstradibuat dengan menggali suatu arealatau bagian tertentu.
Kolam konservasi dapat dikembangkan menjadibak-bak permanen air hujan, khususnya didaerah dengan intensitas hujan yang rendah.Untuk areal pertanian dan perkebunan sudahmendesak, untuk segera direncanakan dandibuat parit (kolam) konservasi air hujan yangpenting untuk cadangan air musim kemarau danmeningkatkan konservasi air hujan di daerahhulu, serta meningkatkan daya dukung ekologidaerah setempat.Konstruksi parit cukup sederhana, berupagalian tanah memanjang atau membujur dibeberapa tempat tanpa pasangan. Padaparit tersebut sekaligus bisa dijadikantempat budidaya ikan dan lain-lain.
Metode river side polder adalah metodemenahan aliran air dengan mengelola/menahan air kelebihan (hujan) disepanjang bantaran sungai.Pembuatan polder pinggir sungai inidilakukan dengan memperlebar bantaransungai di berbagai tempat secara selektifdi sepanjang sungai.Lokasi polder perlu dicari, sejauh mungkinpolder yang dikembangkan mendekatikondisi alamiah, dalam arti bukan polderdengan pintu-pintu hidraulik teknis dantanggul-tanggul lingkar hidraulis yangmahal. Pada saat muka air naik (banjir),sebagian air akan mengalir ke polder danakan keluar jika banjir reda, sehinggabanjir di bagian hilir dapat dikurangi dankonservasi air terjaga.
Metode areal perlindungan air tanahdilakukan dengan cara menetapkankawasan lindung untuk air tanah, dimana di kawasan tersebut tidak bolehdibangun bangunan apa pun. Arealtersebut dikhususkan untukmeresapkan air hujan ke dalam tanah. Di berbagai kawasan perlu sesegeramungkin dicari tempat-tempat yangcocok secara geologi dan ekologisebagai areal untuk recharge danperlindungan air tanah sekaligussebagai bagian penting darikomponen drainase kawasan.
Metode sumur resapan merupakan metodepraktis dengan cara membuat sumursumuruntuk mengalirkan air hujan yangjatuh pada atap perumahan atau kawasantertentu. Sumur resapan ini juga dapatdikembangkan pada areal olahraga danwisata. Konstruksi dan kedalaman sumurresapan disesuaikan dengan kondisilapisan tanah setempat. Teknologi sumur resapan di lahan usahatani rawan kekeringan belum begitubanyak dikembangkan. Hal ini karenaselama ini sumur resapan lebih banyakdikembangkan di daerah tangkapan airberbukit yang merupakan salah satubagian kegiatan dari programpenghijauan. Selain itu selama ini sumurresapan juga banyak dikembangkan diperumahan/pemukiman. Dengan sumur resapan maka aliranpermukaan atau air hujan disiasati agarmasuk kedalam sumur. Air tertampungakan diresapkan pelan-pelan sebanyakmungkin kelapisan aquifer awal selamamusim penghujan dan akan menjaditabungan air dibawah tanah yang cukuppotensial untuk dimanfaatkan kembalipada musim kemarau. Perlu dicatat bahwa sumur resapan inihanya dikhususkan untuk air hujan,sehingga masyarakat harus mendapatkanpemahaman mendetail untuk tidakmemasukkan air limbah rumah tangganyake sumur resapan tersebut.
Konflik antara tata ruang bangunan dengan tataruang air yaitu terisinya suatu ruang untuk bangunanharus diikuti dengan penataan arah aliran air. Air selalumengalir ke tempat yang lebih rendah. Makapada saat mendirikan bangunan, harus selalu dibuatkanpengarah aliran menuju badan air. Sehingga airyang jatuh di atas permukaan yang terbangun, terarahjalannya menuju badan air, dan tidak mencari jalansendiri atau bahkan berkumpul di luar badan air. Jadimenata ruang untuk pendirian bangunan harus satupaket dengan menata ruang untuk jalannya air di sekitarrencana bangunan dimaksud.
Konflik antara penataan ruang dengan pengelolaansumber daya air yaitu penataan ruang lebihcenderung direncanakan dengan pendekatan wilayahadministrasi. Sedangkan pengelolaan sumber dayaair dilakukan dengan pendekatan wilayah sungai ataumelalui unit daerah aliran sungai. Disamping itu, konfliktersebut menyangkut konservasi sumber dayaair dalam pengelolaan sumber daya air dan kawasanbudidaya dalam penataan ruang. Di satu sisi untukmemenuhi aspek konservasi sumber daya air adalahbagaimana bisa menahan aliran permukaan (run off)yang sebesar-besarnya dan memberi kesempatan selama-lamanya air untuk masuk ke dalam tanah (infiltrasi).Di sisi lain adalah adanya kawasan budidayadalam penataan ruang, yang biasanya berada padakawasan konservasi.Tidak ada pembangunan yang tidak menggunakanruang. Pembangunan gedung, jalan, saluran, dansemua bentuk pembangunan fisik lainnya selalumenggunakan ruang. Oleh karena itu, pembangunanselalu menjadi kambing hitam bagi sebagian orangatas terjadinya genangan. Jadi pembangunan di saturuang tertentu mengakibatkan genangan di ruangyang lain.
Menata ruang daratan dengan memberikan tempatyang semestinya bagi air untuk dapat masuk secaramaksimal ke dalam tanah melalui proses infiltrasiadalah upaya menata ruang air.Dengan demikiankapasitas limpasan (run off) air menjadi minimal danberdampak pada konservasi air tanah. Selain itu, hallain yang harus dipertimbangkan dalam tata ruangair adalah dengan memahami bahwa air selalu mengalirke tempat yang lebih rendah dan air membutuhkanjalan atau tempat untuk mengalir, baik melaluisistem alami berupa sungai, maupun sistem buatanberupa saluran buatan.Rachmat Fajar Lubis dalam Majalah Inovasi OnlineISSN: 0917-8376 Vol. 7 XVIII Juni 2006, menulisbahwa Air merupakan salah satu parameter kendalidalam tata ruang. Pengembangan tata ruang sangatberdampak terhadap siklus air yang ada di suatuwilayah sungai. Siklus air tersebut maksudnya adalahsiklus hidrologi, yaitu siklus keseimbangan antara airhujan, air permukaan, dan air bawah tanah (air tanah).Air yang harusnya meresap sebagai infltrasi dan menjadiimbuhan bagi air tanah bila terhalang akan berakibatmeningkatnya aliran permukaan dan menyebabkangenangan air bila tidak diarahkan masuk kebadan air.
Perkembangan suatu kota biasanya ditandai denganindikator pertumbuhan penduduk yang tinggi,akibat semakin tingginya minat penduduk untuk bisabekerja dan bertempat tinggal di kota tersebut, sehinggaarus urbanisasi semakin meningkat. Peningkatanjumlah penduduk biasanya diikuti dengan tuntutanpenyediaan sarana dan prasarananya. Konsekuensilogis dari rantai perkembangan kota ini adalahterjadinya perubahan fungsi guna lahan atau alih fungsilahan. Pengalihan fungsi lahan di perkotaan cenderungke arah penutupan lahan dengan bahan-bahanyang tidak tembus air (impervious) seperti semendan aspal, sehingga mengakibatkan terganggunya keseimbanganhidrologi. Kondisi seperti ini akan semakinparah apabila kapasitas saluran drainase yangdiharapkan mampu membawa air ke sungai tidakmencukupi, sehingga menimbulkan genangan di tempat-tempat tertentu yang apabila dibiarkan akan semakinmeluas dan menimbulkan kerusakan fungsiprasarana kota lainnya.
Drainase merupakan suatu sistem yang dibuatuntuk menangani persoalan kelebihan air, baik yangberada di atas maupun di bawah permukaan. Drainasebukan satu-satunya metode untuk mengatasigenangan, namun dengan kondisi sistem drainaseyang baik, dapat mengurangi dampak buruk akibatkelebihan air pada permukaan tanah.

III. PENUTUP

Teknologi drainase adalah metode drainase ataumetode mengelola kelebihan air di agar tidakmenggenang dan menimbulkan dampak lanjutan.Kondisi drainase di lokasi studi dititikberatkansampai dengan saluran drainase pengumpul danpembawa, tanpa perhitungan detail kapasitas saluran.
Genangan air hujan atau banjir dapat menghambat aktifitas kita dan menimbulkan banyak kerugian.Setelah air turun dari langit sebagai air hujan, terus air hujan langsung masuk/meresap ke dalam tanah, masuk ke selokan, lalu ke sungai kecil, ke sungai besar, lalu ke laut. Sayang juga kalau semua air hujan kita biarkan mengalir ke laut dan tidak bisa digunakan. Padahal kalau musim kemarau kita sering kesulitan mendapatkan air tanah.
Drainase yang lebih berwawasan lingkungan, artinya, kita berusaha agar air hujan tidak langsung kembali ke laut, melainkan kita resapkan langsung ke dalam tanah, atau kita simpan sebagai cadangan, baru sisanya kita alirkan. Ini adalah salah satu cara yang dapat kita lakukan supaya air hujan tidak terbuang sia-sia ke sungai lalu ke laut. Kita bisa memanen air hujan. Air hujan yang dikumpulkan dari atap rumah bisa langsung dimasukkan ke dalam tangki air.