Follow Me

Instagram

METODE STABILISASI TANAH

IlmuDasarDanTeknik*_Halo sahabat Teknik, Gimana kabarnya? Setelah sekian lama tidak ada kabar akhirnya kini bisa menyapa lagi. Kali ini sedikit ilmu yang akan kita pelajari mengenai metode stabilisasi tanah. Kangsung saja ke Materi!

TENTANG STABILISASI TANAH

Dalam pengertian luas, yang dimaksud stabilisasi tanah adalah pencampuran tanah dengan bahan tertentu guna memeperbaiki sifat-sifat teknis tanah atau dapat pula, stabilisasi tanah adalah usaha untuk merubah atau memperbaiki sifat-sifat teknis tanah agar memenuhi syarat teknis tertentu.

Tanah dasar merupakan bagian penting dari kontruksi jalan karena tanah ini mendukung seluruh kontruksi jalan beserta muatan lalu lintas diatasnya. Tanah dasar menentukan mahal tidaknya pembangunan jalan tersebut karena kekuatan tanah tersebut menentukan tebal tipisnya lapisan perkerasan. Tanah dasar dalam keadaan asli merupakan suatu bahan yang kompleks dan sangat bervariasi kandungan mineralnya. Pembangunan jalan raya tidak selalu berada diatas tanah dasar yang relatif baik, ada kemungkinan dibuat diatas tanah yang kurang baik. Akibatnya, tanah tersebut tidak dapat langsung dipakai sebagai lapisan dasar (subgrade). Oleh karena itu tanah dasar perlu dipersiapkan secara baik antara lain dengan perbaikan tanah.

Stabilisasi tanah adalah alternatif yang dapat diambil untuk memperbaiki sifat-sifat tanah yang ada. Pada prinsipnya stabilisasi tanah merupakan suatu penyusunan kembali butir-butir tanah agar lebih rapat dan saling mengunci. Tanah dibuat stabil agar jika ada beban yang lewat, tidak terjadi penurunan (settlement). Tanah dasar minimal harus bisa dilewati kendaraan proyek. Stabilisasi tanah adalah usaha untuk meningkatkan stabilitas dan kapasitas daya dukung tanah. Menurut Bowles (1984) apabila tanah yang terdapat di lapangan bersifat sangat lepas atau sangat mudah tertekan, atau apabila mempunyai indeks konsistensi yang tidak sesuai, permeabilitas yang terlalu tinggi, atau sifat lain yang tidak diinginkan sehingga tidak sesuai untuk suatu proyek  pembangunan, maka tanah tersebut harus di stabilisasikan. Proses stabilisasi itu meliputi, antara lain:

  1. Penggantian tanah asli : mengganti tanah dengan tanah yang baik atau sesuai spesifikasi.
  2. Perbaikan gradasi butiran.
  3. Stabilisasi dengan bahan kimia.
  4. Stabilisasi dengan pemadatan.

Tujuan perbaikan tanah tersebut adalah untuk mendapatkan tanah dasar yang stabil pada semua kondisi. Usaha stabilisasi dilakukan hanya seperlunya saja, tidak menguntungkan secara ekonomis untuk membuat sesuati bagian konstruksi yang lebih kuat dari yang diperlukan. 

JENIS METODE STABILISASI TANAH

Ada dua metode-metode stabilisasi yang dikenal adalah sebagai berikut :

Stabilisasi Mekanis

Definisi stabilisasi mekanis adalah tanah yang telah di stabilisasikan secara mekanis adalah yang telah berhasil dibuat memiliki daya dukung tanah tertentu terhadap deformasi oleh muatan, disebabkan karena adanya kait mengait (interlock) dan geseran antar butir tanah serta daya ikat antar butir oleh bagian tanah yang halus atau tanah liat. Beberapa usaha penambahan kekuatan atau daya dukung tanah dengan stablisasi mekanis seperti mengganti jenis tanah eksisting, mengatur gradasi tanah atau melakukan pemadatan (compaction).

Stabilisasi Kimiawi

Stabilisasi tanah secara kimiawi adalah panambahan bahan stabilisasi yang dapatmengubah sifat-sifat kurang menguntungkan dari tanah. Biasanya digunakan untuk tanah yang berbutir halus. Bahan yang digunakan untuk stabilisasi tanah disebut stabilizing agents karena setelah diadakan pencampuran menyebabkan terjadinya stabilisasi. Untuk masih dapat memanfaatkan tanah-tanah kohesif setempat sebanyak mungkin secara ekonomis, maka dipergunakan stabilizing agents, yang karena proses kerjanya dan sifat pengaruh yang ditimbulkan kepada bahan yang distabilkan menyebabkan stabilisasi dengan menggunakan bahan campuran ini. 

Di dalam usaha stabilisasi tanah ini, kita mengenal banyak jenis stabilizing agents. Diantara sekian banyak stabilizing agents, yaitu air sendiri di dalam jumlah yang tepat dan tanahliat dalam jumlah proporsional. Untuk menahan air diperlukan stabilizing agentsi (garam laut) pada air tersebut yang sifatnya higroskopis dapat mengikat air dalam jangka waktu yang lama. Adapun stabilizing agents untuk tanah liat antara lain adalah kapur pasang (hydrated lime), Portland cement (PC), bitumen, dan lain lain. Stabilizing agents yang disebutkan tadi merupakan bahan-bahan yang menghasilkan produk yang baik sesuai dengan tujuan penstabilan tanah yang bersangkutan, derajat peningkatan mutu yang dikehendaki dan mudah dikerjakan. Pada umumnya, stabilisasi kmiawi adalah jenis usaha yang cukup mahal dan memerlukan ketelitian dan kecermatan bekerja yang tinggi.

Sekian ilmu yang bisa kami bagikan semoga bermanfaan. Terimakasih.


PARAMETER YANG PERLU DIPERHATIKAN DALAM MERENCANAKAN JEMBATAN

IlmuDasarDanTeknik*_ Akhirnya ada waktu menulis blog lagi. Sebelum masuk dalam inti materi artikel kali ini, saya ingin para pembaca ilmu dasar dan teknik memahami bahwa tulisan kali ini merupakan salah satu materi dalam mata kuliah Perencanaan Jembatan, Teknik Sipil. Materi di bawah ini hanya sebagian kecil dari Isi mata Kuliah Perencanaan Jembatan, dan hanya berupa materi tertulis bukan pembahasan dalam bentu hitungan. Oke, Langsung saja ke materinya....
Dalam merencanakan jembatan dibutuhkan parameter untuk dapat menentukan tipe bangunan atas, bangunan bawah dan pondasi, lokasi/letak jembatan, material.
Potongan jembatan (Sumadilaga, dkk., 2010)

Umum

Secara Umum, Parameter dalam merencanakan perlu memperhatukan beberapa hal. Hal-hal yang mesti diperhatikan dalam merencanakan jembatan agar dapat terlaksana dengan baik. 

Umur Rencana Jembatan

Umur rencana jembatan stándar adalah 50 tahun dan jembatan khusus adalah 100 tahun. Umur rencana untuk jembatan permanen minimal 50 tahun. Umur rencana dipengaruhi oleh material/bahan jembatan dan aksi lingkungan yang mempengaruhi jembatan. Jembatan dengan umur rencana lebih panjang harus direncanakan untuk aksi yang mempunyai periode ulang lebih panjang. Hubungan antara periode ulang adalah:
                                             D
Pr    = 1 + (1 - 1 )
                        R
Pr = Kemungkinan bahwa aksi tertentu akan terlampaui paling sedikit sekali selama umur rencana jembatan 
D = Umur rencana (tahun) 10.
R = Periode ulang dari aksi (tahun).
Hubungan antara periode ulang dan umur rencana dapat di lihat pada Tabel  berikut.
Tabel 1. Hubungan antara periode ulang dengan umur rencana.
Sumber :(Sumadilaga, dkk., 2010)

Geometrik

Lebar jembatan ditentukan berdasarkan kebutuhan kendaraan yang lewat setiap jam, makin ramai kendaraan yang lewat maka diperlukan lebar jembatan lebih besar.
Tabel 2. Penentuan lebar jembatan
Sumber :(Sumadilaga, dkk., 2010)
Untuk memberikan keamanan dan kenyamanan bagi pemakai jembatan, maka lebar lantai jembatan ditentukan sebagai berikut: 

  1. Lebar jembatan minimum jalan nasional kelas A adalah 1+7+ 1 meter, dan untuk kelas B adalah 0,5 + 6,0 + 0,5 meter;
  2. Tidak boleh lebih kecil dari lebar jalan; 
  3. Memenuhi standar lebar lajur lalu lintas sebesar n (2,75 ~ 3,50 )m, dimana n = jumlah lajur lalu lintas

Superelevasi/Kemiringan Lantai Jembatan

Kemiringan melintang lantai jembatan adalah 2%. Kemiringan memanjang jembatan adalah tanjakan atau turunan pada saat melalui jembatan. Perbandingan kemiringan dari tanjakan serta turunan tersebut disyaratkan sebagai berikut: 
  1. Perbandingan 1:30 untuk kecepatan kendaraan > 90 km/jam.
  2. Perbandingan 1:20 untuk kecepatan kendaraan 60 s/d 90 km/jam.
  3. Perbandingan 1:10 untuk kecepatan kendaraan < 60 km/jam.
Jembatan pada ruas jalan nasional dengan kemiringan memanjang jembatan maksimum adalah 1:20 atau 5%. Ketentuan tersebut di atas menyatakan bahwa semakin besar kecepatan kendaraan, maka semakin landai pula tanjakan atau turunan yang diberikan pada jembatan. Hal ini memang diberikan dengan tujuan agar pada saat kendaraan akan masuk ke badan jembatan kendaraan tersebut tidak "jumping", yang secara otomatis akan memberikan beban kejut tumbukan vertikal pada struktur jembatan. Struktur jembatan tidak diperhitungkan terhadap beban tumbukan akibat jumping kendaraan. Jembatan hanya diperhitungkan menahan beban kejut kendaraan yang melaju.

Ruang Bebas Vertikal dan Horizontal 

Ruang bebas adalah jarak jagaan yang diberikan untuk menghindari rusaknya struktur atas jembatan karena adanya tumbukan dari benda-benda hanyutan atau benda yang lewat di bawah jembatan. Clearance (ruang bebas) vertikal diukur dari permukaan air banjir sampai batas paling bawah struktur atas jembatan. Besarnya clearance bervariasi, tergantung dari jenis sungai dan benda yang ada di bawah jembatan. Nilai ruang bebas di bawah jembatan (C) ditentukan sebagai berikut: 
  1. C = 0,5 m untuk jembatan di atas sungai pengairan;
  2. C = 1,0 m untuk sungai alam yang tidak membawa hanyutan;
  3. C = 1,5 m untuk sungai alam yang membawa hanyutan ketika Banjir;
  4. C = 2,5 m untuk sungai alam yang tidak diketahui kondisinya;
  5. C = 5,1 m untuk jembatan jalan layang;
  6. C ≥ 15 m untuk jembatan di atas laut dan di atas sungai yang digunakan untuk alur pelayaran. jenis sungainya, jalan: 5 m, laut 15 m). 
Horizontal clearance ditentukan berdasarkan kemudahan navigasi kapal ditentukan US Guide Specification, horizontal clearance minimum adalah: 
  1. 2 – 3 kali panjang kapal rencana, atau
  2. 2 kali lebih besar dari lebar channel
Clearance pada jembatan diatas selat / laut / sungai yang dilewati kapal (Sumadilaga, dkk., 2010)
Clearance pada jembatan laying (Sumadilaga, dkk., 2010)

Bidang permukaan jalan yang sejajar terhadap permukaan jembatan 

Pemberian syarat bidang datar dari permukaan jalan yang menghubungkan antara jalan dengan jembatan dilakukan untuk meredam energi akibat tumbukan dari kendaraan yang akan melewati jembatan. Bila hal ini tidak diberikan, dikhawatirkan akan berakibat pada rusaknya struktur secara perlahan – lahan akibat dari tumbukan kendaraan – kendaraan terutama kendaraan berat seperti truk atau kendaraan berat lainnya. 
Energi kejut yang diberikan pada strukur akan meruntuhkan struktur atas, seperti gelagar dan juga lantai kendaraan. Tentu saja untuk menguranginya maka diberikan jarak berupa jalan yang datar mulai dari kepala jembatan sejauh minimum 5 meter ke arah jalan yang diberi struktur pelat injak untuk pembebanan peralihan dari jalan ke jembatan. Hal ini dapat dilihat pada Gambar berikut.
Potongan melintang jembatan (Sumadilaga, dkk., 2010)
Untuk melindungi agar kendaraan yang lewat jembatan dalam keadaan aman, baik bagian kendaraan maupun barang bawaannya, maka tinggi bidang kendaraan ditentukan sebesar minimum 5 m yang diukur dari lantai jembatan sampai bagian bawah balok pengaku rangka bagian atas (Top lateral bracing).

Lokasi dan Tata letak Jembatan

Lokasi jembatan menghindarkan tikungan di atas jembatan dan oprit. Perletakan jembatan dipengaruhi oleh pertimbangan – pertimbangan sebagai berikut:
  1. Teknik (aliran sungai, keadaan tanah).Aliran air dan alur sungai yang stabil (tidak berpindah-pindah), tidak pada belokan sungai harus tegak lurus terhadap sungai, dan usahan di di bangun pada bentang terpendek (lebar sungai terkecil).
  2. Sosial (tingkat kebutuhan lalulintas).
  3. Estetika (keindahan). 
Untuk kebutuhan estetika pada daerah tertentu/pariwisata dapat berupa bentuk parapet dan railing, atau lebar jembatan dapat dibuat khusus atas persetujuan pengguna jasa.
Sungai dan penampang sungai (Sumadilaga, dkk., 2010)
Pada daerah transisi atau daerah perbatasan antara bukit dengan lembah aliran sungai biasanya berkelok-kelok, karena terjadinya perubahan kecepatan air dari tinggi ke rendah, ini mengakibatkan bentuk sungai berkelok-kelok dan sering terjadi perpindahan alur sungai jika banjir datang. Untuk itu penempatan jembatan sedapat mungkin tidak pada aliran air yang seperti ini, karena jembatan akan cepat rusak jika dinding sungai terkikis air banjir, dan jembatan menjadi tidak berfungsi jika aliran air sungai berpindah akibat banjir tersebut. 
Pada dasarnya, penentuan letak jembatan sedapat mungkin tidak pada belokan jika bagian bawah dari jembatan tersebut terdapat aliran air. Hal tersebut dilakukan agar tidak terjadi scouring (penggerusan) pada kepala jembatan, namun jika terpaksa dibuat pada bagian belokan sungai maka harus di bangun bangunan pengaman yang dapat berupa perbaikan dinding sungai dan perbaikan dasar sungai pada bagian yang mengalami scouring (penggerusan). 
Penempatan jembatan diusahakan tegak lurus terhadap sungai, untuk mendapatkan bentang yang terpendek dengan posisi kepala jembatan dan pilar yang sejajar terhadap aliran air. Hal ini dimaksudkan untuk mencegah terjadinya gerusan pada pilar, yang akan mempengaruhi kinerja pilar jembatan. Bila scouring telah terjadi dikhawatirkan pilar yang seharusnya menopang struktur atas jembatan akan rusak sehingga secara otomatis akan merusak struktur jembatan secara keseluruhan. 
Agar pembuatan jembatan lebih ekonomis, diusahakan mencari bentang yang terpendek diantara beberapa penampang sungai. Karakteristik lokasi jembatan yang ideal adalah: 
  1. Secara geologis lokasi pondasi untuk kepala jembatan dan pilar harus baik.
  2. Batasan sungai pada lokasi jembatan harus jelas, jembatan diusahakan melintasi sungai secara tegak lurus.
  3. Bagian punggung atau pinggir harus cukup kuat, permanen dan cukup tinggi terhadap permukaan air banjir.
  4. Untuk mendapatkan suatu harga pondasi yang rendah, usahakan mengerjakan pekerjaan fondasi tidak di dalam air, sebab pekerjaan fondasi dalam air mahal dan sulit.
  5. Penentuan bentang.
Bentang jembatan (L) adalah jarak antara dua kepala jembatan. Sebagaimana dapat dilihat pada Gambar  berikut.
Potongan memanjang jembatan (Sumadilaga, dkk., 2010)

Material 

Hal-hal yang mempengarui dalam material beton pada lantai jembatan dan elemen struktural bangunan atas lainnya menggunakan mutu beton minimal K-350, untuk bangunan bawah adalah K-300 atau f’c adalah 25 Mpa termasuk isian tiang pancang. Baja tulangan menggunakan BJTP 24 untuk D < 13, dan BJTD 32 atau BJTD 39 untuk D ≥ 13, dengan variasi diameter tulangan dibatasi paling banyak 5 ukuran.

Demikian tulisan saya mengenai parameter yang perlu diperhatikan dalam merencanakan Jembatan. Semoga bermanfaat.

PENGERTIAN DAN JENIS-JENIS DRAINASE DALAM TEKNIK SIPIL

IlmuDasarDanTeknik*_Hai para Sahabat teknik kali ini kita akan membahas mengenai salah satu bagian penting dalam ilmu keteknikan, utamanya dalam Teknik Sipil. Pembahasan kali ini mengenai Drainase. Drainase dalam ilmu keteknikan tidak hanya kita temui dalam teknik sipil saja, tapi bisa juga kita pelajari dalam ilmu teknik lainnya, misalnya teknik lingkungan, teknik mesin, teknik elektro dan lain sebagainya, "Teknik Mesin, Teknik Elektro? Apa hubungannya?" Memang tidak se-HOT teknik sipil😆 karena hanya diulas dalam porsi kecil dan terbatas dan memiliki keterkaitan dengan inti ilmu yang sangat kecil . Namun jika anda ingin mengupas tuntas mengenai drainase, maka paling tepatnya adalah anda belajar teknik sipil. Loh, mengapa bisa demikian? Karena, jika anda ingin merencanakan drainase dengan baik, efisien, ekonomis, bebas banjir dan tentunya bebas pemeriksaan hehehe, maka anda perlu belajar dengan giat di Jurusan teknik sipil. Bayangkan jenis aliran yang mengalir di atas drainase pun anda perlu ketahui loh. Selain itu, jika drainasenya dari beton, maka tebal lapis beton yang tentukan adalah Anda "Jika anda perencana yang baik dan tukangnya tidak nakal 😌". Tapi dari pada saya banyak ngoceh, sebaiknya jika Anda pembaca yang baik lewatkan saja, karena inti materinya ada di bawah👇 Hahaha....... Oke langsung saja,.....

Pengertian Drainase 

Definisi Wikipedia

Menurut Wikipedia, "Kok Wikipedia lagi yah? Coba kek sesekali Piki Pe Dia kah, Riki Pe Dia kah atau Tiki Pe Dia kah, hehehe". Wikipedia menulikan bahwa Drainase atau pengatusan adalah pembuangan massa air secara alami atau buatan dari permukaan atau bawah permukaan dari suatu tempat. Pembuangan ini dapat dilakukan dengan mengalirkan, menguras, membuang, atau mengalihkan air[1]. Irigasi dan drainase merupakan bagian penting dalam penataan sistem penyediaan air di bidang pertanian maupun tata ruang.
Saluran drainase sering kali dirujuk sebagai drainase saja karena secara teknis hampir semua drainase terkait dengan pembuatan saluran. Saluran drainase permukaan biasanya berupa parit , sementara untuk bawah tanah disebut gorong-gorong di bawah tanah.
Dalam lingkup rekayasa sipil, drainase dibatasi sebagai serangkaian bangunan air yang berfungsi untuk mengurangi dan/atau membuang kelebihan air dari suatu kawasan atau lahan, sehingga lahan dapat difungsikan secara optimal sesuai dengan kepentingan. Dalam tata ruang, drainase berperan penting untuk mengatur pasokan air demi pencegahan banjir[2]. Drainase juga bagian dari usaha untuk mengontrol kualitas air tanah dalam kaitannya dengan salinitas.

Definisi Profesional

Drainase merupakan salah satu fasilitas dasar yang dirancang sebagai sistem guna memenuhi kebutuhan masyarakat dan merupakan komponen penting dalam perencanaan kota (perencanaan infrastruktur khususnya). Berikut beberapa pengertian drainase. Menurut Dr. Ir. Suripin, M.Eng. (2004;7) drainase mempunyai arti mengalirkan, menguras, membuang, atau mengalihkan air. Secara umum, drainase didefinisikan sebagai serangkaian bangunan air yang berfungsi untuk mengurangi dan/atau membuang kelebihan air dari suatu kawasan atau lahan, sehingga lahan dapat difungsikan secara optimal. Drainase juga diartikan sebagai usaha untuk mengontrol kualitas air tanah dalam kaitannya dengan salinitas. Drainase yaitu suatu cara pembuangan kelebihan air yang tidak diinginkan pada suatu daerah, serta cara-cara penangggulangan akibat yang ditimbulkan oleh kelebihan air tersebut. (Suhardjono 1948:1). Dari sudut pandang yang lain, drainase adalah salah satu unsur dari prasarana umum yang dibutuhkan masyarakat kota dalam rangka menuju kehidupan kota yang aman, nyaman, bersih, dan sehat. Prasarana drainase disini berfungsi untuk mengalirkan air permukaan ke badan air (sumber air permukaan dan bawah permkaan tanah) dan atau bangunan resapan. Sehingga dapat disimpulkan drainase adalah suatu system untuk menangani kelebihan air. Kelebihan air yang perlu ditangani atau dibuang meliputi:
•    Air atau aliran/limpasasn diatas permukaan tanah(surface flowatau surface run off)
•    Aliran bawah tanah(subsurface flow atau subflow)
Pada dasarnya drainase tidak diperlukan bila kelebihan air yang tidak menimbulkan permasalahan bagi masyarakat. Drainase diperlukan bila air kelebihan menggenang pada daerah-daerah yang mempunyai nilai ekonomis seperti daerah perkotaan, pertanian, industri, dan pariwisata.

Jenis-jenis drainase

Drainase secara umum dibagi menjdai dua bagian yaitu drainase permukaan tanah dan drainase bawah tanah. Dalam perencanaan keduanya memilki konsep dasar yang berbeda, namun daam perencanaan system drainase  tentu perlu direncanakan baik drainase permukaan maupun drainase bawah permukaan. Secara garis besar dikenal tiga jenis system drainase:

Drainase perkotaan

Semua kota-kota besar mempunyai system drainase untuk pembuangan airhujan. Aliran permukaan dialirkan melalui saluran tersier, sekunder, kemudian berkumpul di saluran primer (utama) untuk kemudian dibuang ke dalam sungai, danau, laut. Pembuangan edapat mungkin dilakukan dengan cara gravitasi, apabila tak mungkin maka digunakan system pompa dengan bangunan pendukung. Saluran dapat berupa saluran tertutup ataupun saluran terbuka yang sesuai dengan kebutuhan dan system pemeliharaan yangada. Dilihat dari cara pemeliharaan saluran terbuka lebih mudah dibandingkan yang tertutup.

Drainase Lahan

Drainase lahan bertujuan membuang kelebihan air permukaan dari suatu daerah atau menurunkan taraf muka air tanah sampai dibawah daerah akar, untuk memperbaiki tumbuhnya tanaman atau menurunkan akumulasi garam-garam tanah, kondisi ini difungsikan untuk pertanian dan perkebunan.

Drainase jalan

Drainase jalan raya dibedakan untuk perkotaan dan luar kota.Umumnya di perkotaan dan luar perkotaan drainase jalan raya selalu mempergunakan drainase muka tanah (Surface drainage). Di perkotaan saluran muka tanah selalu ditutup sebagai bahu jalan atau trotoar. Walaupun juga sebagaiman diluar perkotaan, ada juga saluran drainase muka tanah tidak tertutup (terbuka lebar), dengan sisi atas saluran rata dengan muka jalan sehingga air dapat masuk dengan bebas. Drainase jalan raya pi perkotaan elevasi sisi atas selalu lebih tinggi dari sisi atas muka jalan .Air masuk ke saluran melalui inflet. Inflet yang ada dapat berupa inflet tegak ataupun inflet horizontal. Untuk jalan raya yang lurus, kemungkinan letak saluran pada sisi kiri dan sisi kanan jalan. Jika jalan ke arah lebar miring ke arah tepi, maka saluran akan terdapat pada sisi tepi jalan atau pada bahu jalan, sedangkan jika kemiringan arah lebar jalan kea rah median jalan maka saluran akan terdapat pada median jalan tersebut. Jika jalan tidak lurus ,menikung, maka kemiringan jalan satu arah , tidak dua arah seperti jalan yang lurus. Kemiringan satu arah pada jalan menikung ini menyebabkan saluran hanya pada satu sisi jalan yaitu sisi yang rendah. Untuk menyalurkan air pada saluran ini pada jarak tertentu,direncanakan adanya pipa nol yang diposisikan dibawah badan jalan untuk mengalirkan air dari saluran.
Oke Sahabat Seperjuangan, tanpa banyak ngoceh dengan sangat apa yah, saya tutup dulu Ulasannya jika kurang lenngkap, mohon maaf dan silahkan cari referensi di blog atau di web lain saja atau sekalian Perpustakaan saja, kasihan semakin hari semakin beban hidup dalam perencanaan perpustakaan semakin diabaikan. Dan semoga bermanfaat, sekian dan terimakasih.😎💖Civil....
Oh iya teman-teman Jika berkenan Silahkan Ikuti Instagram Saya 👇
 Follow Me
Instagram

PENYELESAIAN CONTOH SOAL ANALISA STRUKTUR BATANG DENGAN MENGGUNAKAN METODE RITTER

IlmuDasarDanTeknik.*_Oke teman-teman seperjuangan Anak Teknik Khususnya Teknik Sipil, Kali ini Kita akan membahas penyelesaian dari contoh Soal #DARI POSTINGAN SEBELUMNYA# Mengenai Analisa Struktur Rangka Batang Dengan Mengunakan Metode Ritter atau bahasa mudahnya metode potongan Batang. Keren gak? Iya Kerenlah Teknik Sipil gitu.... Hahaha 😂... Oke Kalau Begitu kita Langsung Saja!

 SOAL

Nih Soalnya!
Diketahui suatu kontruksi rangka batang ABCDEFGHIJKL dengan batang vertikal dan batang horisontal masing-masing sepanjang 4 m dengan gaya P1 = 8 kN, P2 =10 kN, dan P3 = 12 kN. Dengan menggunakan Metode Ritter, hitunglah besarnya gaya-gaya batang yang bekerja pada kontruksi rangka batang tersebut. S4, S5, S6, S12, S13, S14, S20, S21. Seperti terlihat pada gambar berikut:




Rangka Batang

Gimana?
Udah Lihat Soalnya?
Sekarang kita Coba Selesaikan ya.

PENYELESAIAN 

Dalam Menyelesaikan Soal di atas maka berikut langkah Langkahnya
Karena Batang yang akan kita Analisa adalah S4, S5, S6, S12, S13, S14, S20, S21 maka kita bisa menggambar potongannya seperti berikut:
Potongan Batang

Setelah kita Gambarkan potongannya, maka Langkah selanjutnya adalah Menghitung reaksi perletakan seperti berikut:


Menghitung reaksi perletakan


∑MB=0    VA.12-8.12-10.10-12.8-12.6-12.4-10.2=0
Didapatkan VA =36 kN
Jika kita lihat bentuk rangka batang di atas yang simetris maka dapat kita simpulkan VB = VA = 36 kN. Tetapi untuk dapat mengetahui lebih jelas maka tidak ada salahnya kita juga menghitungnya seperti berikut:
∑MA=0    VB.12-8.12-10.10-12.8-12.6-12.4-10.2=0
Didapatkan VB =36 kN
Untuk mengeceknya seperti berikut:
∑V=0     VA+VB-8-10-12-12-12-10-8=0         cek ok!


Menghitung gaya-gaya batang pada potongan.


Setelah menghitung reaksi perletakannya maka kita sudah bisa menghitung gaya- gaya batang pada setiap potongannya. Sesuai Gambar Potongan di atas maka kita menentukan menjadi tiga potongan yaitu, potongan i-i, potongan ii-ii, dan potongan iii-iii. Jadi, mari kita hitung gaya-gaya pada potongan satu per satu. Seperti kita ketahui bahwa menghitung gaya batang dengan metode ritter dapat kita lakukan tanpa menghitung dari ujung jadi langsung di batang yang ingin kita cari saja, seperti berikut:

1. Menghitung gaya-gaya batang pada potongan i-i:

Potongan i-i
a. Menganalisa Momen Pada Titik F.
∑MF=0    VA.4-P1.4-P2.2+S4 Cos 26,565°.4=0
36.4-8.4-10.2+S_4 Cos 26,565°.4=0
92+S4 Cos 26,565°.4=0
S4 Cos 26,565°.4=-92
S4=-25,714 kN  (batang tekan)
Didapatkan S4=-25,714 kN yang adalah batang tekan
b. Menganalisa Momen Pada Titik C.
∑MC=0    VA.2-P1.2-S6.3=0
36.2-8.2-S6.3=0
56-S6.3=0
-S6.3=-56
-S6=-18,667
S6=18,667 kN  (batang tarik)
Didapatkan S6=18,667 kN yang merupakan batang tarik.
 c. Menganalisa Momen Pada Titik E.
∑ME=0    VA.4-P2.2-P1.4-S5 Cos 56,309°.4-S6.4=0
36.4-10.2-8.4-S5 Cos 56,309°.4-18,67.4=0
-S5 Cos 56,309°.4-17,32=0
-S5 Cos 56,309°.4=17,32
-S5=-7.806 kN
S5=7.806 kN (batang tarik)
Didapatkan S5=7.806 kN yang merupakan batang tarik.

2. Menghitung gaya-gaya batang pada potongan ii-ii:


Potongan ii-ii
a. Menganalisa Momen Pada Titik J
 ∑MJ=0   -VB.4+P2.2+P1.4-S12.4=0
-36.4+10.2+8.4-S12.4=0
-92-S12.4=0
-S12.4=92
-S12=23
S12.=-23 kN  (batang tekan)
Didapatkan S12.=-23 kN  yang merupakan batang tekan.
b. Menganalisa Momen Pada Titik E
∑MH=0    -VB.6+P2.4+P1.6+P3.2-S12.4-S13.Sin 63,435°.2=0
-VB.6+P2.4+P1.6+P3.2-S12.4-S13.Sin 63,435°.2=0
-36.6+10.4+8.6+12.2-(-23).4-S13.Sin 63,435°.2=0
-12-S13.Sin 63,435°.2=0
-S13.Sin 63,435°.2=12
-S13=6.708
S13=-6.708 kN  (batang tekan)
Didapatkan S13=-6.708 kN  yang batang tekan
 c. Menganalisa Momen Pada Titik G
∑MG=0    -VB.6+P1.6+P2.4+P3.2+S14.4=0
-36.6+8.6+10.4+12.2+S14.4=0
-104+S14.4=0
S14.4=104
S14=26 kN  (batang tarik)
Didapatkan S14=26 kN  yang merupakan batang tarik.

 3. Menghitung gaya-gaya batang pada potongan iii-iii:



Potongan iii-iii
 a. Menganalisa Momen Pada Titik L
∑ML=0    -VB.2+P1.2-S20.Sin 56,309.2=0
-36.2+8.2-S20.Sin 56,309.2=0
-56-S20.Sin 56,309.2=0
-S20.Sin 56,309.2=56
-S_20=33,63 → S20=-33,65 kN  (batang tekan)
Didapatkan S20=-33,65 kN  yang merupakan batang tekan
b. Menganalisa Momen Pada Titik K
∑MK=0    -VB.2+P1.2+S21.3=0
-36.2+8.2+S21.3=0
-56+S21.3=0
S21.3=56
S21=18,67 kN  (batang tarik)
Didapatkan S21=18,67 kN  yang merupakan batang tarik.


Tabulasi Besarnya Gaya-gaya Batang 


Darai Hasil Analisa kita menggunakan metode ritter di atas maka hasilnya dapat kita lihat pada tabel berikut:
Gimana Kawan? Udah Puas dengan jawabannya? Atau ada kekurangan, masukan, pertanyaan atau lain-lain?😆 Silahkan Isi di Kolom Komentar! Jadi Demikianlah postingan kali ini mengenai penyelesaian analisa struktur batang dengan menggunakan metode Ritter atau potongan batang. Semoga bermanfaat. Terimakasih.....
Oh iya teman-teman Jika berkenan Silahkan Ikuti Instagram Saya 👇
 Follow Me
Instagram

ANALISA STRUKTUR RANGKA BATANG DENGAN METODE RITTER

IlmuDasarDanTeknik*_Sekarang sudah memasuki pertengan tahun 2018, namun belum satu pun postingan keren tentang teknik sipil yang bisa saya posting. Baru sekarang inilah saya busa menemukan Materi yang lumayan kerenlah yakni mengenai "Lihat Judul Dong Boss!" Hehehe ya tepat sekali yaitu menganalisa struktur rangka batang menggunakan metode ritter. Gimana, Keren Kan? Oke Kita Langsung Saja.....
KONSEP DASAR METODE RITTER
Metode Ritter atau yang sering deikenal dengan nama lain Metode Potongan Batang merupakan salah satu metode yang cukup Praktis dalam menghitung Batang pada Struktur rangka Batang. Konsep dasar dalam perhitungan besarnya gaya-gaya batang pada kontruksi rangka batang statis tertentu dengan menggunakan Metode Ritter adalah memutus konstruksi rangka batang tersebut menjadi dua bagian dengan memotong batang-batangnya. Pemotongan batang-batang tersebut diupayakan maksimal memotong maksimal 3 batang yang tidak bertemu dalam satu titik simpul. Pemotongan tersebt dilakukan terhadap batang-batang yang akan dihitung besarnya gaya-gaya batangnya. Perhitungan gaya-gaya batang ditentukan berdasarkan analisis keseimbangan momen (∑M =0). Batang yang terpotong dimisalkan sebagai batang tarik, dimana apabila hasil perhitungan menunjukkan nilai positif maka pemisalan tersebut benar, sedangkan apabila hasil perhitungan menunjukkan nilai negatif maka batang yang dimisalkan adalah batang tekan.
KELEBIHAN METODE RITTER
Kelebihan dari Metode Ritter dibandingkan metode-metode yang yang lain misalnya seperti Metode Titik Buhul dan Metode Cremona adalah bahwa dengan metode Ritter ini dapat melakukan perhitungan gaya-gaya batang langsung ke batang yang diinginkan tanpa harus menghitung berurutan dari tepi kiri maupun kanan dari batang-batang pada kontruksi rangka batang. Misalnya apabila diinginkan untuk menghitung besarnya gaya-gaya batang pada bagian tengah kontruksi, maka gaya-gaya batang tersebut bisa langsung dihitung.
LANGKAH LANGKAH PENYELESAIAN METODE RITTER
Adapun Langkah-langkah penyelesaian untuk menentukan besarnya gaya-gaya batang pada konstruksi rangka batang dengan menggunakan Metode Ritter adalah sebagai berikut :
1. Memeriksa apakah konstruksi rangka batang adalah struktur statis tertentu sehingga gaya-gaya batang pada kontruksi rangka batang dapat diselesaikan secara statis tertentu.
2. Menentukan gaya-gaya reaksi yang ada pada perletakan konstruksi rangka batang status tertentu dengan cara seperti pada balok/gelar sederhana.
3. Gaya-gaya luar yang bekerja pada kontruksi rangka batang didistribusikan pada tiap titik simpul. Apabila terdapat gaya luar yang bekerja pada sebuah batang atau tidak tepat pada titik simpul, maka gaya tersebut harus didistribusikan pada titik-titik simpul pada batang tersebut.
4. Menggambarkan potongan pada kontruksi rangka batang statis tertentu yang kan dihitung gaya-gaya batangnya, yang sedapat mungkin dilakukan pemotongan dengan memotong maksimal 3 buah batang (yang belum diketahui besar gayanya). Apabila dilakukan perhitungan gaya batang untuk seluruh batang pada suatu konstruksi rangka batang statis tertentu dengan bentuk yang simetris, pemotongan dari bagian kiri dan kanan disarankan dengan pola yang sama.
5. Menghitung besarnya gaya-gaya batang berdasarkan keseimbangan momen ∑M = 0
6. Merekap besarnya gaya-gaya batang dalam bentuk tabulasi
CONTOH SOAL DAN PENYELESAIAN METODE RITTER
Diketahui suatu kontruksi rangka batang ABCDEFGHIJKL dengan batang vertikal dan batang horisontal masing-masing sepanjang 4 m dengan gaya P1 = 8 kN, P2 =10 kN, dan P3 = 12 kN. Dengan menggunakan Metode Ritter, hitunglah besarnya gaya-gaya batang yang bekerja pada kontruksi rangka batang tersebut. S4, S5, S6, S12, S13, S14, S20, S21. Seperti terlihat pada gambar berikut:

Gimana Soalnya? Keren gak?
Langsung Saja kita buat Penyelesaiannya! Berikut:
PENYELESAIAN
Dalam Menyelesaikan Soal di atas maka berikut langkah Langkahnya
Pertama kita tentukan Dulu Potongan batangnya, seperti pada gambar berikut:
Potongan Batang

Tapi Eits...... Sabar Dulu yaa! Penyelesaiannya ada di Postingan Berikutnya! #KLIK DI SINI!# Hehehe Sory yah!
Oke, Demikianlah Postingan saya mengenai Analisa Struktur Rangka Batang Menggunakan Metode Ritter. Semoga Bermanfaat. Terimakasih...
 Follow Me
Instagram

APA ITU DAKTAIL PADA STRUKTUR? ANAK TEKNIK SIPIL WAJIB TAHU!

IlmuDasarDanTeknik*_Sebagai mahasiswa teknik sipil ada banyak hal yang berkaitan dengan teknik sipil yang sepertinya asing di telinga tetapi malah sangat penting untuk kita ketahui. Misalnya di mata kuliah Rekayasa Gempa yang saya kontrak pada struktur bangunan ada yang dikenal dengan istilah daktail. Awalnya saya bertanya itu apa sih? Terus apa pentingnya bagi bangunan? Dan ternyata ini sangatlah perlu dan penting untuk kita ketahui dan harus menjadi perhatian pertama dan utama pada saat perencanaan suatu gedung apa pun sebagai misi penyelamatan. Wow,... Kok Bisa maka berikut penjelasannya!
Bangunan yang Setelah Gempa (sumber: irmavina28blog.wordpress.com)

Kata daktail itu artinya kemampuan suatu struktur dalam berdeformasi inelastic tanpa kehilangan kekuatan yang berarti. Bahasa sehari-hari, sudah digoyang-goyang tapi kembali ke bentuk awalnya. Tanpa kehilangan kemampuan struktur itu untuk menahan beban dan lainnya.
Struktur daktail adalah struktur yang mampu mengalami simpangan pasca elastis yang besar secara berulang kali dan bolak-balik akibat gempa yang menyebabkan terjadinya pelelehan pertama, sambil mempertahankan kekuatan yang cukup, sehingga struktur tetap berdiri, walaupun sudah berada di ambang keruntuhan.
Faktor daktilitas gedung adalah rasio antara simpangan maksimum pada ambang keruntuhan dengan sempangan pertama yang terjadi pada pelelehan pertama. Untuk lebih jelasnya bisa diliat dirumus dibawah ini ini
Daktail itu sendiri dibagi menjadi 2, yakni:
1. Daktail penuh, suatu tingkat daktilitas struktur gedung, yang tuh strukturnya bisa menghadapi simpangan pasca-elastiknya sampe di titik ambang keruntuha n, dan nilai faktor daktilitasnya sampe sebesar 5.3
2. Daktail parsial, daktail yang tak sampe sebesar si daktail penuh, dia hanya memiliki faktor daktilitasnya sebesar 1,0 sampe 5,29,
Dengan demikian,dalam perancagan kapasitas struktur gedung itu harus memenuhi syarat “ strong collomn but week beam.” Yang artinye kolom harus kuat, balok bias saja sekuat kolom, hal ini membuat saat terjadi gempa besar, gedung tersebut akan mengalami kerusakan struktur, namun kolom masih kuat untuk membuat struktur itu berdiri, meskipun balok sudah leleh.


Dengan demikian setidaknya anda mendapat sedikit pencerahan mengenai daktalitas stuktur bangunan. demikianlah yang bisa saya bangikan mengenai APA ITU DAKTAIL PADA STRUKTUR? ANAK TEKNIK SIPIL WAJIB TAHU! Semoga bermanfaat.

Video Tutorial Mendesain denah Rumah di Autocad dengan Mudah di AutoCAD

IlmuDasarDanTeknik.*_Berikut Saya berikan video tutorial cara mendesain denah rumah dengan mudah menggunakan AutoCAD.


Untuk Mempermudah dalam belajar setiap hari saya sarankan untuk download videonya. Klik Link di bawah:

DOWNLOAD

Utilitas Bangunan : Sistem Telekomunikasi Bangunan Gedung

IlmuDasarDanTeknik.*_Dalam merancang suatu bangunan utamanya gedung yang berfungsi sebagai bangunan sarana umum hal yang perlu di perhatikan adalah utilitasnya. Berikut salah satu utilitas bangunan sipil yang juga menjadi perencanaan adalah sistem telekomunikasi Gedung, berikut ulasannya:
Ada dua macam Sistem telekomunikasi dalam gedung yang perlu kita perhatikan, yakni:

1.Sistem hubungan telepon

Sistem network atau hubungan telepon dalam suatu gedung / bangunan, yaitu :
- Hubungan eksternal
Berhubungan dengan nomor diluar yang tidak dalam ruang lingkup lingkunan sistem PABX sebagai sentral telepon dalam gedung baik panggilan masuk (incoming) atau panggilan keluar, seperti hubungan lokal, SLJJ, dan SLI.

A.Hubungan internal


Berhubungan masih dalam lingkungan sistem PABX sebagai sentral telepon antar sambungan cabang/ nomor extension yang satu dengan sambungan cabang/ nomor extension yang lain.
Perangkat atau peralatan-peralatan yang digunakan dalam jaringan telepon dalam gedung , yaitu :

1. Junction Box

     Kotak pembagi jaringan telepon yang berfungsi sebagai terminal telepon dari Telkom ke jaringan dalam gedung milik pribadi.

2. Panel incoming-outgoing

     Titik input Kotak Terminal Batas (KTB) dari jaringan Telkom menuju panel MDF.

3. MDF

Main Distribution Frame (MDF) yaitu panel atau kotak pembagi terminal utama/ induk jaringan telepon dalam gedung baik dari SST telkom menuju PABX atau pendistribusian jaringan extension ke ruangan-ruangan.

4. PABX

Private Automatic Branch Exchange (PABX) yaitu perangkat untuk memperbanyak atau menambah nomor SST Telkom menjadi nomor extension, sebagai sentral telepon dalam gedung yang mengatur lalu lintas komunikasi suara.

5. UPS

Unit Power Supply (UPS) yaitu catu daya listrik cadangan apabila daya listrik PLN mengalami pemadaman dan agar tegangan PABX tetap stabil 48 VDC.

6. Batere

Sumber listrik cadangan yang menggantikan sumber listrik PLN 48 VDC.

7. Arrester

Alat untuk melindungi peralatan telepon dari kerusakan akibat kejutan tegangan berlebih, terkena petir, short circuit.

8. Operator Console

Alat operator telepon yang merupakan pintu gerbang dalam melakukan komunikasi suara dapat mengatur lalu-lintas komunikasi suara, menghubungkan ke nomor yang akan dituju baik telepon masuk (Incoming) maupun telepon keluar (Outgoing) dan dalam lingkungan telepon intern.
Tipe operator console :
  •  Telephone Based
Menggunakan pesawat telepon digital sebagai operator console, dengan konsep yang praktis, common dan user friendly sehingga dapat memberikan pelayanan dengan cepat dan lebih cocok digunakan oleh perusahaan skala kecil dan menengah.
  • Computer Based
Operator console tipe ini menggunakan perangkat komputer yang dilengkapi multimedia system dan peralatan khusus. Konsep ini memiliki features yang lebih canggih dan diperuntukkan bagi perusahaan skala menengah dan besar.

9. Jaringan/ instalasi

Merupakan rangkaian penghubung peralatan-peralatan telepon yang membawa sinyal komunikasi seperti terminal-terminal, PABX, operator console, pesawat telepon, dll. Berupa pair-kabel atau sepasang kabel (1 pair berisi 2 kawat tembaga penghubung).

10. Roset

Adalah alat untuk menghubungkan jaringan/ instalasi telepon dengan kabel pesawat telepon. Berupa terminal penghubung Out Bow (OB) yang tidak ditanam di dinding dan terminal penghubung In Bow (IB) yang ditanam didinding.

11.Pesawattelepon

      Adalah alat yang digunakan untuk merubah suara menjadi sinyal komunikasi.

12. Billing System

     Billing system digunakan untuk memonitor biaya pemakaian telepon sehingga dapat mengontrol, menganalisa dan merencanakan biaya operasional khususnya pemakaian telepon. Dengan cara ini dapat melakukan efisiensi yang pada akhirnya akan meningkatkan pendapatan, misalnya seperti di hotel. Berikut ini adalah keperluan atau pencatatan yang dapat diperoleh dengan adanya billing system, yaitu :
  • Tanggal dan waktu panggilan terjadi
  • Nomor yang dipanggil
  • Nomor saluran cabang yang memanggil
  • Lama pembicaraan
  • Authorization code
  • Code account yang dibebankan
  • Dapat merekam semua pembicaraan lokal, nasional atau internasional

2. Sistem tata suara (sound system)

      Tata Suara adalah suatu teknik pengaturan peralatan suara atau bunyi pada suatu acara pertunjukan, pertemuan, rapat dan lain lain. Tata Suara memainkan peranan penting dalam suatu pertunjukan langsung dan menjadi satu bagian tak terpisahkan dari Tata Panggung dan bahkan acara pertunjukan itu sendiri. Tata Suara erat kaitannya dengan pengaturan penguatan suara agar bisa terdengar kencang tanpa mengabaikan kualitas dari suara-suara yang dikuatkan. Pengaturan tersebut meliputi pengaturan mikropon-mikropon,kabel-kabel,prosesor dan efek suara, pengaturan konsul mixer, kabel-kabel, dan juga Audio Power amplifier dan Speaker-speakernya.
      Pekerjaan sistem tata suara atau sound system diantaranya meliputi pemasangan peralatan sentral sound system  yang terdiri dari unit sinyal suara (program source) dan penguat sinyal suara (audio amplifier), yang ditempatkan pada rak peralatan sentral sistem tata suara.

  1.         Peralatan Utama Sistem Tata Suara

     Peralatan utama sistem tata suara  diantaranya memenuhi  back ground musik dan pengumuman darurat / paging. Diantara pealatan utama dari sistem tata suara, adalah:
•         Micropone paging
•         Mixer
•         Power Amplifier
•         Ceiling speaker
•         Chyme microphone
•         Radio Tunner AM / FM
•         Caset dect
•         CD Player
•         Volume Control
•         Monitor unit

2.         Terminal Box & Sistem Perkabelan

Terminal box merupakan kotak penghubung antara peralatan utama dengan speaker. Kabel instalasi dari ceiling dan horn speaker di hubungkan melalui kabel instalasi melalui terminal box, dan dari terminal box  ke peralatan utama

Demikian Artikel yang saya bagikan mengenai Utilitas bangunan dalam hal sistem tekomunikasi gedung. Semoga bermanfaat.

Tutorial Menggunakan SAP dalam Mendesain Bangunan Baja

IlmuDasarDanTeknik.*_Kali ini Saya akan membagikan sesuatu yang berkaitan dengan Teknik Sipil, utamanya dalam mendesai struktur bangunan Sipil. Tapi kali ini bukan dalam bentuk Artikel melainkan dalam bentuk video dari Youtube, Silahkan Tonton atau Download. Berikut Videonya :



Silahkan Download dengan Klik Link Download berikut :

Alat Bantu serta Teori Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) Pengelasan dalam Pekerjaan Konstruksi

IlmuDasarDanTeknik.* Sahabat Ilmu Dasar dan Teknik, kali ini saya akan membagikan info atau sedikit peneranagan mengenai Alat Bantu serta teori K3 pengelasan dalam Pekerjaan Konstruksi. Langsung saja Ulasannya sebagai berikut:

Alat Bantu dan Alat Keselamatan Kerja

Adapun alat bantu pada proses pengelasan sebagai berikut:

1. Sikat kawat (wire brush)

Sikat kawat berfungsi untuk membersihkan benda kerja yang akan dilas dan sisa-sisa terak yang masih ada setelah dibersihkan dengan palu terak.
Bahan serabut sikat terbuat dari kawat-kawat baja yang tahan terhadap panas dan elastis, dengan tangkai dari kayu yang dapat mengisolasi panas dari bagian yang disikat.

2. Palu las (chipping hammer).

Palu las digunakan untuk membersihkan terak yang terjadi akibat proses pemotongan dan pengelasan dengan cara memukul atau menggores teraknya. Pada waktu membersihkan terak, gunakan kacamata terang untuk melindungi mata dari percikan bunga api dan terak. Ujung palu yang runcing digunakan untuk memukul pada bagian sudut rigi-rigi. Palu las sebaiknya tidak digunakan untuk memukul benda-benda keras, karena akan mengakibatkan kerusakan pada bentuk ujungujung palu sehingga palu tidak bisa berfungsi sebagaimana mestinya.

3. Tang penjepit

Adapun alat keselamatan kerja unutuk pengelasan sebagai berikut:

a.    Topeng las (welding mask)

Untuk melindungi mata, kepala/rambut operator dari percikan-percikan pada saat melakukan pemotongan dengan oksi-asetilin atau api las dan benda –benda panas lainnya. Juga untuk melindungi muka operator las terhadap percikan hasil pemotongan, dan ledakan percampuran gas yang tidak sempurna.

 b.    Sarung tangan kulit

Pekerjaan mengelas dan pemotongan selalu berhubungan dengan panas, kontak dengan panas sering terjadi yaitu pada saat pengelasan dan pemotongan benda kerja yang memperoleh panas secara konduksi dari proses pengelasan dan pemotongan. Untuk melindungi tangan dari percikan-percikan api las dan percikan pada saat pemotongan benda-benda panas maka operator las harus menggunakan sarung tangan.

c.    Jaket kulit/Apron kulit.

Untuk melindungi kulit dan organ-organ tubuh pada bagian badan operator dari percikan-percikan api las pada saat proses pengelasan dan pemotongan benda kerja serta pancaran sinar las yang mempunyai intensitas tinggi maka pada baian badan perlu dilindungi dengan menggunakan jaket kulit atau apron kulit.

d.    Kaca mata pengaman (safety glasses)

Untuk Melindungi mata pada saat membersihkan kampuh las serta terak hasil dari pemotongan yang menggunakan palu terak maupun mesin gerinda.

Teori K3 Pengelasan

        Penggunaan las dalam pengerjaan konstruksi semakin luas sehingga kecelakaan yang diakibatkan oleh proses pengerjaan tersebut juga sering banyak terjadi. Pekerjaan pengelasan merupakan salah satu proses pemesinan yang penuh resiko karena selalu berhubungan dengan api dan bahan – bahan yang mudah terbakar dan meledak terutama sekali pada las gas yaitu gas oksigen dan Asetilin . Kecelakaan yang terjadi sebenarnya dapat dikurangi atau dihindari apabila kita sebagai operator dalam mengoperasikan alat pengelasan dan  alat keselamatan kerja dipergunakan dengan baik dan benar, memiliki penguasaan cara – cara pencegahan bahaya akibat proses las  .

1.    Gas dalam asap

Menurut (Harsono, 1996)sewaktu proses pengelasan berlangsung terdapat gas – gas yang berbahaya yang perlu diperhatikan , yaitu :
a.    Gas karbon monoksida ( CO )
Gas ini mempunyai afinitas yang tinggi terhadap haemoglobin ( Hb ) yang akan menurunkan daya penyerapannya terhadap oksigen .
b.    Karbon dioksida (CO2)
Gas ini sendiri sebenarnya tidak berbahaya terhadap tubuh tetapi bila konsentrasi CO2 terlalu tinggi dapat membahayakan operator terutama bila ruangan tempat pengelasan tertutup seperti di Lab. Proses Produksi FTI – UAJY.
c.    Gas Nitrogen monoksida (NO)
Gas NO yang masuk ke dalam pernafasan tidak merangsang, tetapi akan bereaksi dengan haemoglobin (Hb)seperti halnya gas CO. Tetapi ikatan antara NO dan Hb jauh lebih kuat daripada CO dan Hb maka gas NO tidak mudah lepas dari haemoglobin, bahkan mengikat oksigen yang dibawa oleh haemoglobin. Hal ini menyebabkan kekurangan oksigen yang dapat membahayakan sistem syaraf.
d.    Gas nitrogen dioksida ( NO2)
Gas ini akan memberikan rangsangan yang kuat terhadap mata dan lapisan pernafasan, bereaksi dengan haemoglobine ( Hb ) yang dapat menyebabkan sakit mata dan batuk–batuk pada operator . Keracunan gas ini apabila dipakai untuk jangka waktu yang lama akan berakibat operator menderita penyakit TBC atau paru–paru .
e.    Gas-gas beracun yang terbentuk karena penguraian dari bahan pembersih dan pelindung terhadap karat .

2.    Pencegahan Bahaya

Pada proses pengelasan operator harus benar – benar mengetahui dan memahami bahaya – bahaya yang muncul selama proses pengelasan ini berlangsung.  Menurut Harsono, 1996,beberapa macam bahaya pengelasan yang mungkin saja timbul sewaktu proses berlangsung , meliputi : 

A.    Bahaya Ledakan.

    Bahaya ledakan yang sering terjadi pada proses pengelasan produk yang berbentuk tangki atau bejana bekas tempat penyimpanan bahan – bahan  yang mudah menyala atau terbakar. Pada proses pengelasan / pemotongan ini diperlukan beberapa hal persiapan pendahuluan untuk menghindari bahaya ledakan , seperti :
a.    Pembersihan bejana atau tangki
Sebelum proses pengelasan berlangsung maka   bejana atau tangki perlu dibersihakan dengan :
•    Air untuk bahan yang mudah larut.
•    Uap untuk bahan yang ,mudah menguap.
•    Soda kostik untuk membersihkan minyak , gemuk atau pelumas.
b.    Pengisian bejana atau tangki
Setelah proses pembersihan selesai isilah  tangki atau bejana dengan air sedikit di bawah bagian yang akan dilas/dipotong.
c.    Kondisi tangki sewaktu proses pengelasan
Selama proses pengelasan berlangsung kondisi tangki atau bejana harus dalam keadaan terbuka agar gas yang menguap karena pada proses pemanasan gas dapat keluar.
d.    Penggunaan gas lain
Apabila dalam proses pengisian tangki atau bejana dengan air mengalami kesulitan maka sebagai gantinya dapat digunakan gas CO2 atau gas N2 dengan konsentrasi minimum 50 % dalam udara .

B.    Bahaya Jatuh

Untuk pengerjaan konstruksi bejana, tangki pertamina atau konstruksi bangunan lainnya yang membutuhkan tempat yang tinggi, bahaya yang mungkin dapat terjadi adalah bahaya jatuh atau kejatuhan yang berakibat fatal . Beberapa langkah yang perlu diambil oleh operator untuk  menghindari bahaya ini :
a.    Menggunakan tali pengaman.
b.    Menggunakan topi pengaman untuk mencegah  terjadinya kejatuhan benda – benda atau kena panas matahari.

C.    Bahaya Kebakaran

       Proses pengelasan selalu berhubungan dengan api sehingga bahaya kebakaran sangat mungkin terjadi mengingat proses ini sangat berhubungan erat dengan api dan gas yang mudah terbakar, untuk itu operator perlu sekali mengambil langkah – langkah pengamanan seperti :
a.    Ruangan atau areal pengelasan harus bebas dari  kain, kertas, kayu, bensin, solar, minyak atau bahan – bahan lain yang mudah terbakar atau meledakharus ditempatkan di tempat khusu yang tidak akan terkena percikan las.
b.    Jauhkan tabung – tabung dan generator dari percikan api las, api gerinda atau panas matahari.
c.    Perbaikan pada sambungan – sambungan pipa atau selang – selang terutama saluran Asetilen.
d.    Penyediaan alat pemadam kebakaran di tempat yang mudah dijangkau seperti bak air, pasir, hidrant .

D.    Bahaya Percikan Api / Panas

      Bahaya dari percikan api atau panas akan berakibat bahaya kebakaran seperti yang diuraikan diatas , tetapi bahaya lainnya adalah pada operator las sendiri yang terkena luka bakar atau sakit mata . Untuk itu operator selalu dianjurkan menggunakan alat –alat pelindung seperti: sarung tangan, apron, sepatu tahan api, kaca mata las, topeng las.

E.    Bahaya Gas dalam Asap Las

    Pencegahan atau tindakan yang harus diambil oleh operator untuk menghindari bahaya gas dalam asap las adalah :
a.    Pekerjaan las harus dikerjakan dalam   ruang terbuka atau ruang yang berventilasi agar gas dan debu yang terbentuk segera terbuang.
b.    Apabila ventilasi masih belum cukup memadai maka sebaiknya memakai masker hidung.
c.    Untuk pengerjaan pengelasan dalam tangki perlu tindakan di bawah ini :
1.    Menggunakan penghisap gas / debu.
2.    Dibutuhkan seorang rekan operator di luar tangki atau bejana yang selalu siaga apabila terjadi bahaya.
3.    Voltage lampu penerangan maksimum 12 volt.

F.    Bahaya Sinar

Selama proses pengelasan akan menimbulkan cahaya,  sinar ultra violet dan sinar infra merah yang berbahaya sehingga diperlukan:
a.    Pelindung mata atau goegle
Pelindung mata tersebut harus mampu menurunkan kekuatan cahaya tampak dan harus dapat menyerap atau melindungi mata dari pancaran sinar ultraviolet dan inframerah.Untuk keperluan ini maka pelindung mata harus mempunyai warna transmisi tertentu, misalnya abu-abu, coklat atau hijau (Harsono, 1996). Pelindung mata atau goegle yang mempunyai nomor warna dan penggunaan seperti di tunjukkan pada tabel di bawah ini :
        Tabel 1. Nomor warna penggunaan goegle

No.warna
Las busur listrik
Las gas
2,5
-
Untuk cahaya rendah
3
-
Untuk cahaya rendah
4
-
Untuk cahaya rendah
5
Untuk busur di bawah 30 A
Untuk cahaya sedang
6
Untuk busur di bawah 30 A
Untuk cahaya sedang
7
Untuk busur di antara 30 s.d. 70 A
Untuk cahaya kuat
8
Untuk busur di antara 30 s.d. 70 A
Untuk cahaya kuat


b.    Pelindung muka
Pelindung muka dipakai untuk melindungi seluruh muka terhadap kebakaran kulit sebagai akibat cahaya busur, percikan yang tidak dapat dilindungi dengan hanya memakai pelindung mata saja.Bentuk dari pelindung muka bermacam-macam dapat berupa helmet dan dapat berupa pelindung yang harus dipegang (Harsono, 1996).

G.    Kondisi Lab Kerja

Berikut ini akan penulis ceritakan mengenai kekurangan atau masih di bawah standarnya ruang praktikum modul pengelasan ( modul las listrik dan modul las Asetilen), hal ini bisa dilihat dari   :
a.    Sempitnya ruang praktikum
Luas ruang praktikum modul pengelasan di Lab. Proses Produksi FTI – UAJY saat ini hanya cuma 3 x 7 x tinggi 2,5 meter yang dipakai untuk dua kegiatan praktikum pengelasan . untuk luas ruangan tersebut pada kondisi puncak dimana semua kapasitas peserta praktikum terpenuhi maka akan dipenuhi oleh 10 orang praktikan dan asisten .
b.    Terlalu rendahnya atap
Tinggi atap yang cuma 2,5 meter berakibat sirkulasi udara tidak lancar dan temperatur udara cepat panas sehingga operator ( praktikan dan asisten ) menjadi cepat lelah.
c.    Ventilasi udara kurang
Tidak adanya ventilasi udara atau sirkulasi udara tidak lancar apalagi pada musim penghujan dimana suhu udara lembab berakibat operator menjadi cepat lelah, sesak napas.
d.    Semakin banyaknya peserta praktikum tiap tahunnya.
Dengan di bawah standarnya kondisi ruang praktikum modul pengelasan untuk praktek proses produksi tersebut akan berakibat :
•    Munculnya bahaya asap.
•    Seringnya praktikan dan asisten praktikum mengalami sesak napas yang berakibat terserang penyakit paru – paru .
Pemecahan masalah
Untuk dapat memecahkan masalah tersebut maka perlu adanya perhatian yang khusus dari pihak institusi. Disini penulis mencoba memberikan masukan yang mungkin dapat membantu supaya kegiatan praktikum pengelasan di Lab. Proses Produksi bisa berlangsung lancar dan aman sehingga bahaya – bahaya yang diakibatkan oleh praktikum pengelasan dapat dihindari , misalnya :
a.    Penambahan ruang praktikum.
b.    Penambahan blower.
c.    Mempertinggi atap ruang praktikum.
d.    Penyediaan makananatau minuman suplemen misalnya susu untuk menetralisir terjadinya sesak  napas setelah kegiatan praktikum pengelasan selesai.