Follow Me

Instagram

LANGKAH-LANGKAH PENGUJIAN MATERIAL BETON

DTEXSIL 2013: PENGUJIAN MATERIAL BETON: Di halaman kali ini kita akan membahas tentang pengujian atau penelitian material beton. Beton sendiri mungkin sudah sangat umum kita temui dalam keseharian kita. Setiap ada bangunan, entah itu jalan, gedung, jembatan dan lain-lain umumnya menggunakan beton.Dalam hal ini, ada bagian yang harus kita perhatikan dengan baik. penggunaan beton yang aman tidaklah digunakan begitu saja, namun haruslah terlebih dahulu kita mengetahui dengan pasti kualitas dan kekuatan beton itu. Jangan sampai penggunaan beton yang tujuan awalnya adalah baik, tetapi justru kemudian malah membawa petaka atau bencana bagi kita dan bagi banyak orang. Sebelum hal itu terjadi, baiklah terlebih dahulu kita waspada, setidaknya memperhatikan cara penggunaan beton yang baik dan benar. Namun demi keselamatan dan keamanan bersama sebaiknya kita memperhatikan kualitas dari beton tersebut yaitu dengan melakukalakukan pengujian pada beton sebelum digunakan. Untuk informasi yang lengkap mengenai pengujian beton, mulai dari kalsifikasinya hingga tingkat kualitas yang layak digunakan. Secara garis besar penelitian beton terdiri dari empat tahap yaitu...
  •    PENGUJIAN MATERIAL


Tahap ini mendahului keseluruhan dari rangkaian penelitian, yaitu mencakup penyediaan material dan observasi sifat-sifat fisik dan komposisi kimia material secara lebih detail. Adapun material yang dimaksud adalah agregat kasar, agregat halus, semen dan air. Untuk agregat kasar dan halus, observasi yang dilakukan adalah meliputi beberapa sifat fisik, yaitu Specific Gravity, Absorbtion, Unit Weight, Soil Content, Fineness Modulus, Organic Impurity, Material Content < 200 # Sieve dan Soundness. Untuk air, dilakukan pengujian kimia menyangkut komposisi kimia dan kelayakannya untuk digunakan sebagai material beton (Pengujiannya dapat dirujuk ke Laboratorium KIMIA). Sedang penelitian terhadap semen tidak dilakukan lagi, karena telah distandarisasi dari pabrik. Tetapi pengamatan fisik tetap perlu dilakukan untuk melihat apakah semen masih layak dipakai atau tidak.


  •     PENGUJIAN FINE AGREGATE
Agregat halus yang digunakan dapat berupa Pasir Alami (Uncrushed) atau Pasir Hasil Pemecahan Batu (Crushed). Proses pengujian pasir adalah mengikuti prosedur standard ASTM 1995.
 
PENELITIAN  MATERIAL
Material
Item
Standard
Reference
FINE AGREGATE
Specific gravity
ASTM C128
ASTM C 29, 70, 125, 127, 670, 702, D75 & E12
Absorbtion
ASTM C128
ASTM C 29, 70, 125, 127, 670, 702, D75 & E12
Unit Weight
ASTM C29
ASTM C 125, 127, 128, 138, 670, 702, D 75, 123, E11,      AASHTO  T19
Soil Content
ASTM C142
ASTM C 33, 117 & E11
Fineness Modulus
ASTM C136
ASTM C117, 125, 670, 702, D75, E11, E380 & AASHTO T27
Organic Impurity
ASTM C40
ASTM C33, 87, 702, D75 & D1544
Material Content
< 200 #  sieve
ASTM  C117
ASTM  C136, 670, 702, D75, E11 & AASHTO T11
Soundness
ASTM C88
ASTM C33, 136, 670, 702, D75, 3665, E11, 100 & 323.


PROSEDUR PENGUJIAN
a.  SPECIFIC GRAVITY ( ASTM C 128 )
Tujuan     : Menentukan berat jenis pasir pada kondisi SSD
Bahan      : Pasir
Peralatan : Timbangan analitis, labu takar 1000 cc, hair dryer atau kipas angin, oven dan wadah/nampan segiempat
Prosedur   :
1.   Rendam pasir kira-kira 1000 gram selama 24 jam
2.   Buang air rendamannya, kemudian keringkan SSD dengan hair dryer .
3.   Setelah mendapatkan kondisi SSD, timbanglah 500 gram kemudian masukkan kedalam labu takar dan tambahkan air sampai mencapai batas volume 1000 ml pada labu takar. Jangan lupa sebelumnya timbang dahulu berat labu takar.
4.   Timbang labu takar beserta isinya yaitu pasir dan air (w1).
5.   Kosongkan labu takar dan isi kembali dengan air sampai volume 1000 ml. Timbang berat air dan labu takar (w2)
6.   Berat jenis pasir dapat diketahui dengan rumus sebagai berikut :
Berat jenis = 500/500-(w1- w2)  
dimana  :   w1 Berat labu berisi pasir dan air
     w2 Berat labu berisi air

b. UNIT WEIGHT ( ASTM C 29 )
Tujuan     : Menentukan berat volume pasir SSD (pasir di lapangan)
Bahan      : Pasir SSD
Peralatan : Kontainer dengan volume 10 ltr, timbangan analitis, tamping rod f 16 mm dan panjang 600 mm dan wadah/nampan segi empat

Keadaan Dipadatkan
Prosedur :
1.   Masukkan pasir kedalam container dengan dilakukan pemadatan setiap sepertiga dari volume kontainer tersebut, yaitu dengan 25 kali tusukan tiap pemadatan.
2.   Setelah kontainer penuh, keluarkan pasir dari kontainer tersebut kemudian timbang beratnya.

 

Keadaan Lepas

Prosedur :
1.   Masukkan pasir kedalam container tanpa dilakukan pemadatan.

2.   Setelah kontainer penuh, keluarkan pasir dari kontainer tersebut kemudian timbang beratnya.


Berat volume pasir dapat diketahui dengan rumus sebagai berikut :
Berat volume = w/V   
dimana :  w     berat pasir dalam kontainer
       V     volume kontainer


c.  ABSORBTION ( ASTM C 128 )
Tujuan     : Menentukan kadar air resapan pasir
Bahan      : Pasir dalam kondisi SSD
Peralatan : Timbangan analitis, cetok, hair dryer/kipas angin, oven dan wadah.
Prosedur :
1.   Ambil pasir dari lapangan secukupnya, kemudian rendam dalam wadah selama 24 jam
2.   Buang air rendamannya, kemudian keringkan SSD dengan hair dryer atau kipas angin.
3.   Setelah kondisi SSD, timbang 500 gram kemudian dioven selama 24 jam.
4.   Dinginkan pasir yang telah dioven, timbang beratnya ( w1 ).
5.   Kadar air resapan pasir dapat diketahui dengan rumus berikut :
Absobtion = 500-w1/w1x100%        
dimana  :    w1   Berat pasir setelah dioven
d.  SOIL CONTENT ( ASTM C 142 )
Tujuan      : Menentukan kadar lumpur dalam pasir.
Bahan       : Pasir
Peralatan   : Timbangan, wadah atau nampan, ayakan no. 4 dan oven
Prosedur
1.   Timbang pasir sebanyak 1000 gr ( w1 ). Masukkan ke dalam wadah, tambahkan air dan biarkan terendam selama 24 ± 4 jam.
2.   Aduk dengan tangan agar partikel yang melekat pada agregat dapat terlepas. Jangan menggunakan kuku atau benda keras agar benda uji tidak rusak ( retak dan hancur ).
3.   Cuci benda uji dibawah ayakan no.200 sampai bersih. Kemudian oven sampai beratnya konstan lalu timbang beratnya ( w2 ).
4.   Kadar lumpur dapat ditentukan dengan formula berikut :
  Kadar lumpur = w1- W2/ w1 x 100%
dimana :     w1    berat benda uji
  W2   berat setelah di oven


e.  FINENESS MODULUS ( ASTM C 136 )
Tujuan     : Menentukan modulus kehalusan pasir
Bahan      : Pasir
Peralatan : Satu set ayakan untuk pasir, oven, timbangan dan penggetar ayakan
Prosedur
1.   Keringkan pasir secukupnya dengan oven, kemudian timbanglah sebanyak 500 gr.
2.   Ayak dengan menggunakan set ayakan diatas mesin penggetar ayakan.
3.   Timbang pasir yang tertahan pada masing-masing ayakan.
4.   Modulus kehalusan diperoleh dengan menjumlahkan persentase yang tertahan pada tiap-tiap ayakan ( kumulatif tertahan ) dibagi 100.
Modulus kehalusan = Komulatif tertahan/100
f.  ORGANIC IMPURITY ( ASTM C 40  )
Tujuan     : Menentukan kebersihan pasir terhadap bahan-bahan organik
Bahan      : Pasir dan Larutan NaOH 3% sebanyak 200 cc
Peralatan : Botol bening / gelas ukur 350 cc
Prosedur   :
1.   Isi botol dengan pasir sebanyak 130 cc
2.   Tambahkan NaOH sebanyak 200 cc.
3.   Botol dikocok dan diamkan selama 24 jam.
4.   Bandingkan warna yang terjadi dengan warna standard.
5.   Pasir tersebut memenuhi syarat bila warna yang terjadi tidak lebih tua dari warna standard pembanding.


g.  MATERIAL CONTENT < 200# SIEVE ( ASTM C 117 )
Tujuan     : Menentukan jumlah material < 75-mm (lolos ayakan no.200).
Bahan      : Pasir
Peralatan : Timbangan, ayakan no. 200, wadah/ nampan dan oven
Prosedur   :
1.   Agregat secukupnya dioven selama 24 jam. Setelah kering timbang 500 gr ( w1 )
2.   Masukkan benda uji kedalam wadah dan cuci dengan air.
3.   Buang air cuciannya dengan disaring ayakan no.200.
4.   Lakukan beberapa kali pencucian sampai air cuciannya bening.
5.   Agregat yang tertahan pada ayakan dioven sampai kering selama 24 jam, kemudian timbang beratnya ( w2 ).
6.   Jumlah partikel < 75-mm diperoleh dengan perhitungan sebagai berikut :
A = (w1- W2)/ w1 x 100%      
dimana :    A      Persentase partikel < 75-mm
    w1         Berat agregat sebelum dicuci
    w2         Berat agregat setelah dicuci


h.  SOUNDNESS ( ASTM C 88 )
Tujuan     : Memberikan keterangan mengenai sifat kekal agregat terhadap pengaruh cuaca khususnya dalam hal ketahanannya.
Bahan      : Pasir dan Larutan garam Sodium Sulfat atau magnesium sulfat
Peralatan : Satu set ayakan dengan seri 4, 5, 8, 16, 30, 50, dan 100, wadah yang tahan terhadap larutan, pengatur temperatur, timbangan dan oven.
Prosedur   :
1.   Ayaklah sejumlah agregat halus sesuai dengan seri ayakan tersebut diatas, sehingga masing-masing fraksi yang tertinggal tidak kurang dari 100 gr.
2.   Masukkan tiap-tiap fraksi tersebut kedalam wadah dan direndam dengan larutan Sodium Sulfat atau Magnesium Sulfat selama 16 sampai 18 jam. Perhatikan agar larutan menggenangi benda uji paling kurang ½ in dan tutup agar tidak terjadi penguapan.
3.   Setelah perendaman, angkat benda uji dan tiriskan 15 – 20 menit kemudian oven dengan suhu 110 ± 5 oC sampai beratnya konstan.
4.   Dinginkan benda uji sampai mencapai suhu kamar, kemudian siapkan untuk direndam lagi dengan larutan.
5.   Lakukan perendaman dan pengeringan sampai beberapa kali, setelah itu ayak sesuai dengan nomor ayakannya untuk mendapatkan persen bagian yang hilang dari benda uji.


Demikianlah penjelasan saya mengenai langkah-lanhkah pengujian beton. semoga bermanfaat. Terimakasih .

Lihat juga mengenai:

    No comments:

    Post a Comment